13. Rapor

282 66 4
                                    

Happy reading
.
.
.

"Doa aja, siapa tau mati"

- Nares

*****

Setelah hari menyakitkan itu berlalu, hari terus berjalan dan waktu terus berputar. Hari demi hari hingga pada saat ini masa ujian akhirnya sudah berakhir.

Ujian sudah berakhir sekitar dua pekan yang lalu. Dan selama dua pekan, para murid hanya pergi ke sekolah untuk bermain main saja karena tidak ada mata pelajaran yang masuk setelah ujian.

Dan untuk hari ini adalah hari terakhir untuk masuk sekolah, karena akan diadakan libur setelah ujian untuk beristirahat sejenak dari penjara ilmu.

Pukul 08.15 rapor akan dibagikan, dan pada saat ini waktu masih menunjukkan pukul 08.10

Para murid tentu saja sudah mulai berdatangan dengan jantung yang berdebar kencang bercampur gelisah karena memikirkan hasil dari ujian mereka nantinya.

Apakah mereka berhasil? Atau malah sebaliknya? Itulah pemikiran mereka yang membuat separuh jiwa terasa terbang dan hilang.

Di lantai dua, tepatnya berlokasi di kelas 11 IPS 2. Suasana kelas lumayan berisik dengan suara para murid yang bersahutan sana sini.

Ada yang tertawa, ada yang bercerita, ada yang takut dengan hasil rapor, ada yang tidur, kejar kejaran, makan, dan lain sebagainya.

Harsa dan Nares duduk menyender di pojok tembok kelas sambil mengotak atik ponsel, karena tidak ada lagi pekerjaan lain yang mereka lakukan.

"Nares, gue takut banget" ucap Harsa memberi tahu rasa kegelisahan yang melanda dirinya.

Nares berdehem. "Doa aja, siapa tau mati" jawabnya dengan begitu santai membuat Harsa merinding seketika.

"Lo jangan gitu, ish"

"Ya siapa tau kan?"

"Pagi anak anak" sapa Bu Mirani ketika memasuki pintu kelas sambil berjalan membawa tumpukan rapor juga dibantu oleh seorang ketua kelas.

"Pagi Bu!"

Para murid yang semula berpencar di setiap sudut kelas berjalan menuju tempat duduk mereka masing masing.

"Gimana kabarnya hari ini?"

"Baik Bu!"

Bu Mirani mulai mengabsen anak murid yang berjumlah sekitar tiga puluh orang itu, kemudian mulai membagikan rapor bersama dengan menyebut beberapa murid yang masuk dalam peringkat sepuluh besar.

"Peringkat ke tujuh, Nares Sadawira"

Peringkat nomor tujuh jatuh kepada Nares. Nares terlihat biasa saja, sebab tidak ada gunanya jika ia mendapat peringkat, dan tidak ada gunanya jika ia merasa senang.

"Peringkat lima, Harsa Gautama"

Setelah turun dari angka tujuh ke bawah, pada peringkat nomor lima Harsa yang mengambil alih kali ini. Reaksi Harsa sedikit terkejut, karena peringkat yang ia dapat lebih tinggi dari sebelumnya. Akan tetapi, rasa takut tidak akan pernah bilang dari jiwanya.

Tujuh⁷ Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang