47. Kebersamaan

198 34 2
                                    

Happy reading
.
.
.

"Mari nikmati kebahagiaan ini sebaik mungkin, sebelum waktu habis dan semuanya hilang tak tersisa"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mari nikmati kebahagiaan ini sebaik mungkin, sebelum waktu habis dan semuanya hilang tak tersisa"

- Tujuh⁷ Bintang

*****

Pukul sembilan malam, Garvi dan Raditya duduk di depan campervan sambil menunggu lima laki laki yang lebih tua dari mereka tengah sibuk menyalakan api unggun di pinggiran danau luas.

Mengapa mereka berdua tidak ikut? Harsa melarang, karena bisa saja pekerjaan tidak selesai dikarenakan mereka terus menerus bermain. Namun Harsa tidak marah jika mereka bermain, sebab itu adalah hak mereka. Harsa hanya khawatir jika mereka bermain di sekitar api itu bisa saja menjadi hal yang berbahaya.

Apalagi mereka berdua tidak bisa diam. Ini memang hal kecil, tapi Harsa tidak mau hal itu benar benar terjadi.

"Adit" panggil Garvi menyenggol lengan Raditya.

Raditya berdecak. "Raditya, gue gak kenal Adit" jawabnya dengan wajah masam.

Garvi tertawa. "Tapi, dulu gue manggil lo Adit" jawabnya.

Itu benar, Garvi sering mengejek Raditya dengan memanggilnya dengan nama Adit saat SMP, dan berawal sejak Garvi mengejek Raditya, mereka mendadak menjadi teman akrab, sampai sekarang.

"Lo ngejek gue namanya"

"Tapi nama lo ada unsur Adit ege"

"Tapi gue gak mau dipanggil Adit"

"Gue panggil Adit aja, ya?"

"Ish, jangan!"

"Adit"

Garvi kegirangan sendiri dan terus meledek Raditya seperti saat masa putih biru mereka beberapa tahun yang lalu.

"Lo ngomong lagi gue bacok" ancam Raditya mengambil pisau lipat yang ada di atas meja.

Garvi langsung diam dan mengangkat kedua tangan. "Iya iya, enggak" ucapnya panik kemudian menyuruh Raditya untuk menaruh pisau tajam yang ia pegang.

Garvi menghela napas, ia panik ketika Raditya memegang pisau. Garvi lalu meminta maaf, dan berkata tidak akan mengulanginya lagi. Itupun bila pasti, dan benar benar terjadi.

Setelah saling memaafkan, Raditya kembali duduk pada kursi samping Garvi. Sambil melihat aktivitas dan kesibukan lima laki laki itu dalam menyiapkan segala hal. Mulai dari api unggun, alat masak, kayu, bahan masakan, dan lain sebagainya.

Tujuh⁷ Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang