27. Kembali ke rumah

251 61 6
                                    

Happy reading
.
.
.

"Ini bukan rumah, tapi neraka"

- Kenzie

*****

Pukul 10.26

Tepat pada hari ini, yaitu hari Selasa. Harsa sudah diperbolehkan pulang oleh Abimanyu asalkan dengan syarat bahwa dirinya harus rutin untuk meminum obat sesuai jadwal yang sudah diberi.

Tujuh orang laki laki itu kini sudah tidak berada di rumah sakit lagi, enam orang sudah pulang menggunakan motor milik mereka masing masing, dan satu orang lagi yaitu Harsa akan diantar pulang oleh Narika.

Di tengah ramai dan padatnya kendaraan serta aktivitas para manusia, mobil putih milik Narika melintas di atas jalan raya dengan kecepatan rata rata. "Harsa serius mau pulang ke rumah?" Tanya Narika sambil menyetir mobil dengan pikiran dan hati yang tidak karuan.

Harsa menarik sudut bibirnya. "Iya, itu kan rumah Harsa, jadi mau gimana lagi" jawabnya kemudian menatap pemandangan jalan raya melalui jendela kaca mobil.

Kendaraan yang selalu berlalu lalang merupakan sebuah pemandangan sehari hari yang ia lihat di jalan raya, namun jika di rumah hanyalah pemandangan benda padat dan luka yang selalu ada mendampingi hidupnya.

Narika menghela napas. "Harsa gak mau di rumah Mama aja sebentar?" Tawar Narika. Karena sungguh, ia takut terjadi apa apa. Ia bukan hanya memikirkan Harsa saja, Narika juga memikirkan empat anaknya yang lain. Apakah mereka akan baik baik saja nanti?

Dengan senyuman yang tidak pernah luntur, Harsa menggeleng. "Enggak, Harsa gak mau ngerepotin.." ungkapnya yang selama ini merasa dirinya telah merepotkan orang lain.

Tepat di persimpangan jalan, lampu lalu lintas menunjukkan lampu berwarna merah yang menandakan pengendara harus berhenti. Dan pada saat ini Narika menatap Harsa. "Harsa gak pernah ngerepotin, jangan mikir gitu nak.. Mama melakukan ini untuk memenuhi tugas sebagai Ibu" jelas Narika.

Pernyataan Narika langsung membuat kedua mata Harsa berembun seketika. Jujur, dirinya baru pertama kali merasakan kasih sayang seorang Ibu, selama hidupnya Harsa tidak pernah merasakan hal seperti ini. Jangankan merasakan, melihat wajah Ibunya sendiri saja tidak pernah sama sekali.

Kasih sayang yang tidak pernah Harsa dapat ia dapatkan dari Narika, pelukan dan usapan lembut yang tidak pernah ia rasakan ia rasakan dari Narika, ini seperti sebuah keberuntungan.

"Terimakasih, nanti uang bayar rumah sakit Harsa ganti"

Dengan cepat Narika menggeleng. "Jangan, Mama udah bayar dan Harsa gak perlu ganti" jawabnya.

Harsa menatap Narika tidak percaya. "Tapi.."

Narika mengelus rambut Harsa dengan belaian penuh kasih sayang, tanpa ada rasa kebencian. "Gapapa" Narika dengan kedua mata cantiknya menatap kedua mata indah milik Harsa lalu tersenyum. "Sebagai gantinya, Harsa harus tetap sehat ya nak.. jaga adiknya juga"

Harsa tidak menjawab, melainkan ia hanya menampilkan sebuah senyuman, senyuman yang semanis mungkin ia tunjukkan. Sedangkan Narika yang melihat senyuman itu membuat hatinya terasa sakit.

Senyuman yang begitu terlihat tulus juga tatapan yang begitu dalam. Narika tahu senyuman ini adalah cara Harsa berlindung dari rasa takut yang selalu mendampinginya, juga sebuah tatapan yang ditunjukkan merupakan pertanda untuk memberi tahu orang lain bahwa dirinya baik baik saja.

Tujuh⁷ Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang