42. Juara

266 41 1
                                    

Happy reading
.
.
.

Pukul 06.44, mereka sudah tiba di tempat yang dituju. Bangunan bertingkat tiga berwarna cream, serta masih banyak sekali hiasan hiasan yang sudah tertata rapi sejak beberapa hari yang lalu, di mana lagi jika bukan di sekolah.

Garvi turun dari motor Raditya, ia dibonceng untuk hari ini dan beberapa hari ke depan. Setelah memarkirkan kendaraan, mereka lanjut mulai berjalan memasuki pelataran sekolah.

Sepanjang jalan, tentu banyak pandangan mengarah pada mereka bertujuh. Khususnya Garvi dengan lengan yang diperban, ia menjadi pusat perhatian serta omongan banyak orang. 

Bisik bisik antara para murid terjadi, mereka membicarakan Garvi secara diam diam, akan tetapi mata mereka tertuju kepada Garvi.

Garvi melirik sinis semua murid yang ia lewati. "Apaan banget sih" gumamnya tidak suka.

Mereka membicarakan Garvi seolah olah dia adalah seseorang yang telah melakukan kejahatan yang sangat besar, sampai sampai tidak akan bisa mendapat ampunan.

"Gausah diladeni" ucap Harsa sambil menepuk sekaligus mengelus bahu Garvi.

Garvi mengangguk dengan senyuman ketika Harsa memberinya nasihat, namun sesekali Garvi akan tetap melirik sinis ketika ada murid yang membicarakan dirinya.

*****

Beberapa jam kemudian, tepat saat ini. Pukul sembilan pagi. Seluruh siswa dan siswi disuruh untuk berkumpul di lapangan bersama, untuk menyaksikan acara pembagian juara untuk siswa maupun siswi yang mendapat keberuntungan dan kesempatan menjadi juara.

"Tes.. tes.. halo halo.." terdengar suara mikrofon yang tengah diuji coba oleh Pak Candra.

"Tes.. tes.."

Fyuhh.. fyuh..

"Silahkan anak anak, semuanya kumpul di lapangan. Segera" suara Pak Candra terdengar lewat mikrofon bercampur dengan suara serak.

Tujuh orang laki laki itu berada di lantai tiga, mereka sengaja di atas sana dan akan turun apabila lapangan sudah penuh. Rasanya malas saja jika harus turun sekarang, jadi nanti saja.

"Jan, inget ya traktir kita" ucap Nares pada Najandra yang sudah berjanji untuk mentraktir mereka jika ia mendapatkan kemenangan.

Najandra mengangguk. "Kita lihat nanti" jawabnya. Hanya dua orang ini yang berinteraksi, lima sisanya tenggelam dan hanyut dalam pikiran sendiri.

Garvi memikirkan siapa yang menabraknya, sama halnya dengan Dharma, ia terus berpikir apa kaitannya dengan Angga dan ada apa. Kenzie dan Raditya hanya diam, sambil sesekali melirik Harsa yang nampak tidak bertenaga.

Harsa yang sebetulnya merasa tenaganya sudah habis hanya diam saja, menatap lapangan yang berada di bawah sana.

Raditya menyenggol lengan Kenzie yang berada di sampingnya. "Bang Harsa kenapa?" Tanyanya sambil berbisik bisik, Kenzie berdecak dan menggeleng tidak tahu.

Raditya memilih untuk diam kembali, semuanya hanya diam saja. Saking larutnya dalam pikiran, sampai sampai mereka tidak sadar jika Pak Candra sudah berteriak memanggil manggil mereka dari bawah sana.

Tujuh⁷ Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang