25. Rasi bintang

304 64 1
                                    

Happy reading
.
.
.
"Langit itu seperti lembaran kosong, tapi dibalik itu ada ribuan bintang yang menyinari, sama seperti hidup yang kadang terasa sepi, tapi dibalik itu ada banyak mimpi"

- Nares

*****

Malam telah tiba, bulan purnama perlahan muncul dari balik awan abu abu bersama ribuan bintang yang selalu ikut serta. Lampu lampu kota menyala, suara ribut dan ramai riuh dari kendaraan berlalu lalang di jalan raya.

Lorong Rumah sakit teratai salju masih ramai diisi oleh para pengunjung, banyak dokter dan perawat yang masih mondar mandir untuk pergi memeriksa para pasien. Seorang wanita berseragam polisi yang diselimuti oleh jaket berjalan dengan badan tegapnya di lorong rumah sakit hendak menuju suatu ruangan inap.

Ia berjalan beberapa meter melewati lorong kemudian menaiki lift menuju lantai tujuh. Butuh beberapa saat untuk naik ke lantai tersebut, ia tidak melakukan apa apa, dirinya hanya fokus menunggu sampai lift berhenti di lantai tujuannya.

sehingga pada saat lift berhenti, ia dengan wajah sangar dan datarnya mulai melangkah keluar dari lift kemudian pergi menuju ruang inap yang ia incar, yaitu ruang 104.

Ia membuka pintu perlahan lahan. "Assalamualaikum" ucapnya setelah pintu terbuka, juga dengan ekspresi wajah yang sudah berganti dengan senyuman yang ia ukir.

Narika dan Harsa yang berada di dalam ruangan itu menoleh. "Waalaikumussalam" jawab mereka dan tidak lupa membalas senyuman Dhira.

Dhira dengan senyuman manisnya melangkah masuk ke dalam ruangan. "Aduh, maaf ya baru dateng sekarang" ucapnya merasa tidak enak.

Narika tersenyum lalu menggeleng. "Gapapa kok" jawabnya.

Dhira tersenyum kembali lalu beralih menatap Harsa. "Gimana kabarnya nak?" Tanya Dhira lembut dan penuh aura kasih sayang.

Harsa menampilkan senyuman kecil. "Udah mendingan.." jawabnya. Mendengar jawaban itu membuat Dhira menghela napas dengan begitu lega, semalaman Dhira terus merasa bersalah dan memikirkan kondisi Harsa. Ia juga ikut merasa khawatir dengan kondisi Nares dan Kenzie.

Detik berikutnya Dhira meletakkan keranjang buah yang ia bawa di atas meja seraya melihat sekeliling. "Yang lain mana? Dharma juga" tanya Dhira mencari keberadaan enam orang tersebut, termasuk Dharma anaknya.

"Ah itu, mereka ke Alfamart mau beli jajan katanya" jawab Narika.

Dhira mengangguk paham. "Yaudah kalo gitu, aku duluan ya" ucap Dhira pamit pada Narika.

Narika terkejut. "Loh, cepet banget.. duduk dulu"

Dhira terkekeh dan menggeleng. "Lagi banyak tugas nih, jadi gak bisa" jawab Dhira seadanya supaya Narika bisa mengerti dan tidak berkecil hati.

Mendengar perkataan Dhira, Narika tidak bisa mencegah atau sebagainya karena ini adalah kewajiban Dhira. "Oo, kalo gitu hati hati ya.." ucap Narika menepuk pundak sahabatnya.

Dhira mengangguk. "Oh iya, ini buah yang aku bawa, tadi aku petik" tutur Dhira menunjuk keranjang buah yang sudah ia taruh di atas meja.

Narika tersenyum lalu mengangguk dan tentu saja tidak lupa berterimakasih atas pemberian Dhira. "Harsa jaga diri baik baik ya nak" ucap Dhira mengelus rambut Harsa dengan senyuman yang masih senantiasa terukir, sebuah senyuman yang sangat persis dengan Dharma.

Tujuh⁷ Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang