Chapter 70 - Prince Kareem

54.6K 4.7K 4.2K
                                    

AUTHOR NOTE :

Hi, aku mau curhat dulu kenapa aku updatenya pagi buta gini.
(Jam 5 pagi) kalau gamau baca, skip aja.

Sebenernya kemarin aku mulai nulis jam 6 sore, mood-nya enak banget. Udah nulis 1.000 kata, tiba-tiba mood aku crash bgt. Cuma gara2 lagi datang bulan wkwkw. Moodswing banget, paham kan para cewe..Jadinya sore mood enak, malamnya mood hancur sehancur-hancurnya, kayak bawaannya sedih gatau kenapa, jadi susah banget buat lanjutin nulis selama dua jam-an huhu. Ide pun jadi buntu banget.

Jadi semalem mutusin tidur dulu dua jam, terus bangun jam 1 pagi buat lanjutin nulis. And berhasil! Bangun-bangun idenya ngalir dan bisa terus lanjutin nulis. Yang nanya kenapa mood-nya hancur? Aku gatau, guys. Kalian gitu gak sih kalo lagi datang bulan? Aku sering banget begini huhu. Suka mengganggu produktivitas akhirnya. Sulit ya jadi perempuan :(

Jadi, intinya, aku minta maaf ya kalau updatenya telat 5 jam-an. Bukan aku sengaja. Tapi karena sesuatu yang diluar kendaliku ini huhu.

Oke itu aja wkwk. Happy reading.

Total Kata : 3.200 Kata

***

Semua yang mendengar ucapan Dante tercengang.

"Kau pikir menemui seorang Pangeran semudah itu?" tanya Damien terheran-heran dengan cara kerja otak Dante.

"Well, kata Ramus tadi si Pak tua ini adalah Ayahnya? Apa sesulit itu menemui Ayah sendiri?" tanya Dante.

"Aku sudah tidak pernah berhubungan lagi dengannya," jawab Rasmus jujur.

"Tapi kau tahu rumahnya?" tanya Dante.

"Tahu, dan aku bisa saja berkunjung, tapi-" ucapan Rasmus terpotong oleh Dante.

"Kalau begitu kita akan ke Timur Tengah," ucap Dante langsung dengan santai.

Rasmus mengerjapkan matanya.

"Dengar aku dulu. Tapi dia ini pria berbahaya dan berkuasa, Dante," ucap Rasmus serius.

Dante mencoba mengingat wajah Pak tua itu, dia tidak terlihat berbahaya seingat Dante.

"Tapi kita akan tetap ke Timur Tengah," ucap Dante lagi.

"Jangan!" ucap Louisa langsung, membuat semuanya menatap Louisa kali ini.

Louisa pun berdiri, menghampiri Dante lalu merangkul lengan Dante.

"Dante, jangan! Aku tidak mengizinkanmu! Kalau memang benar dia mau membunuhmu, menghampirinya sama saja bunuh diri, kan?" tanya Louisa sangat khawatir. Dia tidak ingin Dante terluka.

Mata Dante melembut melihat istrinya sangat khawatir seperti ini. Louisa terlihat begitu manis.

Ah, aku sangat mencintainya. Batin Dante. Tiba-tiba memiliki desakan untuk menciumnya. Tapi suara Damien menganggunya

"Louisa benar, itu sama saja bunuh diri, Dante," ucap Damien, terlihat serius.

"Tidak selama kita membawa Rasmus," jawab Dante santai.

Mark yang sejak tadi memperhatikan Rasmus akhirnya bersuara.

"Tapi, Rasmus," panggil Mark. Membuat Rasmus menoleh ke arah Mark.

"Katamu dalang yang ingin membunuh Dante adalah Ayahmu. Apa dia juga mengincarmu? Atau orang lain lagi?" tanya Mark.

"Kakakku lah yang ingin aku mati," jawab Rasmus.

"Jadi bukan Ayahmu?" tanya Mark.

Rasmus terkekeh santai. "Dia bahkan tidak peduli aku hidup atau mati," ucap Rasmus.

Dante's Confession ✔️ (Mavros Series #3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang