Chapter 80 - Silence

37.8K 3.9K 4.2K
                                    

Author Note :

Hi! Siapa yang kangen cerita ini? Kemarin aku bener-bener drop banget badankku huhu. Setelah diare, langsung sakit-sakit. Bener-bener kecapean gitu rasanya. Makanya baru update hari ini.

TOLONG BACA. And just info. Di chapter 79, kemarin aku ada revisi sedikit di Chap 79. Tidak mempengaruhi jalan ceritanya kok. Cuma direvisi sedikit di bagian setelah Dante bilang -> dia dan Mark akan membawa bom nya keluar dari rumah sakit.

Dan sesuai janji, hari ini DOUBLE UPDATE!

***

Flashback beberapa menit yang lalu.

Dante dan Mark masuk mobil. Mark yang menyetir, sedangkan Dante yang duduk di kursi penumpang depan sambil memangku bom tersebut.

Mark langsung menginjak gas mobil tersebut keluar dari area hospital.

"Berapa sisa waktunya?" tanya Mark.

Dante melihat remote control yang menunjukkan countdown-nya.

Dante pun menjawab. "Dua puluh menit lagi."

Dante yang duduk di kursi penumpang depan, membuka kompartemen di bawah kursinya dan mengeluarkan kotak alat penjinak bom yang memang mereka bawa untuk jaga-jaga.

Sedangkan Mark terus fokus pada jalan, menjaga kecepatan yang laju tapi konstan agar tetap stabil.

"Mark, kau cari saja tempat yang jauh dari keramaian. Aku akan mulai sekarang, kita harus menghemat waktu," seru Dante.

Mark pun setuju dengan itu. "Oke."

Dante mulai pemeriksaan cepat bom tersebut dengan sebuah robot kecil dengan kamera dan sinar-X, untuk memeriksa struktur internal bom.

"Hmm, bom yang cukup kompleks, ada beberapa kabel jebakan," seru Dante tenang, sambil mengamati hasil sinar-X.

Di saat bersamaan, Mark sudah membuka maps di layar sentuh dashboard mobil, mencari lokasi yang sekiranya aman dan jauh dari keramaian.

Di situ Mark melihat, ternyata mereka cukup dekat dengan gurun. Hanya dua kilometer. Ditambah tidak ada kemacetan karena hari ini adalah hari minggu pagi.

"Kita akan ke gurun," seru Mark, kembali fokus pada setirnya.

Tapi Dante tidak menjawab, dia sudah terfokus mengerjakan tugasnya. Mark melirik Dante yang sudah mulai memotong kabel dengan hati-hati.

"Hati-hati, Dan. Jangan kau buat kita terbunuh," seru Mark.

Setelah Dante memotong satu kabel, dia terkekeh. "Aku pun belum mau mati. Aku belum menikahi Louisa kau tahu."

Mark yang mendengar itu hanya bisa memutarkan bola matanya. Ternyata temannya ini kebelet menikah.

Sangat berbeda dengan Mark yang tidak tertarik menikah. Menurut Mark, pernikahan hanyalah membawa kesialan, melihat apa yang terjadi pada kedua orang tuanya.

"Mark, jaga mobil tetap stabil," ucap Dante dengan matanya terfokus pada bom.

Mark sudah tahu itu, karena dia sendiri juga sangat ahli urusan bom.

Dengan hati-hati, Dante menggunakan wire cutters untuk memotong kabel selanjutnya. Setiap potongan dilakukan dengan presisi tinggi, memastikan tidak ada kesalahan sedikit pun.

Setelah kabel tersebut berhasil terpotong, Dante menghelakan napasnya. Ah, kapan ini cepat selesai? Aku ingin menikai Louisa. Batin Dante.

Dante pun kembali menjinakkan bom tersebut selama perjalanan.

Dante's Confession ✔️ (Mavros Series #3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang