Cerita ini jauh berbeda dari ceritaku sebelumnya. Mungkin sebagian orang bakal merasa gak cocok atau gak bisa menerima tema yang kuangkat kali ini. Dan saat itu terjadi pada kalian, tinggalkan.
Karena kali ini aku mau menunjukkan sisi terburuk cinta, tentu akan ada banyak hal yang sesuai judulnya, "forbidden". Cerita ini bukan romansa manis, bisa jadi kamu menjumpai sesuatu yang toxic dan traumatis. Jadi, disarankan kalian sudah cukup umur untuk baca cerita ini.
Akhir kata, bijaklah dalam membaca.
===
"Lo masih ketemu om-om itu, Lin?"
Pertanyaan sensitif dari Cantika mengundang helaan napas lolos dari mulut Olin. Wanita yang pernah tidak naik kelas dua kali akibat daftar kehadirannya di sekolah, mengepalkan sebelah tangan erat. Sangat kontras dengan senyum di wajahnya.
"Menurut lo, dari mana gue bisa dapat ini semua kalau bukan dari dia?" ungkap Olin mengangkat sebelah tangannya dengan telapak terbuka.
Atmosfir di ruangan Olin seketika berubah pekat. Cantika kira, dengan kesibukan Olin sekarang, dia sudah tidak menemui pria berumur itu lagi.
Masalah Olin memang bukan urusan Cantika. Tetapi di lubuk hatinya, dia ingin Olin menjalani hubungan yang normal. Secara fisik, tidak ada yang kurang dari sahabatnya itu.
Olin memiliki wajah manis khas Melayu. Kulitnya yang coklat eksotis dan tubuh berisinya membuat gadis itu kelihatan seksi. Meski tidak setinggi Cantika, tetapi Olin tidak terlalu pendek. Secara fisik penampilannya menarik. Secara kepribadian, dia wanita yang menyenangkan, pandai bergaul, cerdas, dan sangat mandiri.
"Kapan lo bisa hidup normal, Lin? Jalanin hubungan yang wajar, pacaran, nikah."
"Lo sendiri? Kapan lo bisa bener-bener punya 'pacar'?" Olin menekankan kata pacar pada kalimatnya.
"Gue selama ini punya pacar. Cuma kalau soal perasaan, belum ada yang nyangkut aja di hati." Ini memang benar. Meski Cantika berkali-kali ganti pacar dengan teman kuliah yang wajahnya lumayan tampan, belum tentu dia bisa menyukainya. Lebih tepatnya, Cantika belum pernah benar-benar jatuh cinta.
Bukan pemilih, hanya saja Cantika selalu merasa kalau para lelaki yang berpacaran dengannya bukan karena menyukai kepribadiannya. Tetapi karena penampilannya, atau gosip yang beredar mengenai latar belakang keluarganya–yang menurut mereka—konglomerat. Mereka seperti berlomba-lomba mendapatkan barang antik.
Belum ada yang terlihat tulus di matanya, hingga Cantika sendiri akhirnya enggan menyerahkan hatinya utuh.
"Jadi, apa bedanya? Kita sama-sama jalanin hubungan yang nggak normal," kilah Olin mengendikkan bahu tak acuh.
"Tapi gue berusaha, Lin."
"Udahlah, untuk yang satu ini kita beda pendapat. Nggak perlu dibahas lagi."
Mungkin kalian sudah bisa menebak, bagaimana Olin menjalin hubungan. Benar, wanita itu adalah seorang sugar baby. Dia sudah memulainya sejak SMA. Setelah ayahnya meninggal, Olin resmi menjadi yatim piatu.
Bukan hanya semata karena uang, saat itu ibunya Olin meninggalkan warisan sebuah rumah dan uang tabungan yang cukup untuknya menempuh pendidikan. Jika rumahnya dijual pun, akan cukup memenuhi kebutuhan Olin melanjutkan kuliah. Namun sejak orang tuanya bercerai, dan kemudian ibunya meninggal karena mengidap kanker ketika Olin berumur empat belas tahun, dia mulai membangkang dan melakukan kenakalan remaja.
Bolos sekolah entah ke mana, merokok, kabur dari rumah ayahnya yang tinggal bersama istri baru dan anak mereka, banyak membantah, sampai Olin langganan diskors dan mengulang kelas sembilan, juga kelas sepuluh waktu masuk SMA. Olin baru benar-benar rajin ke sekolah setelah dia berteman dengan Cantika dan Sheril.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN ROMANCE [TAMAT]
Любовные романы"Orang macam apa yang minum kopi kayak gini? Hot coffee bukan, iced coffee juga bukan." "Oh, I prefer hot lady dibanding hot coffee." Sejak awal, pertemuan Cantika dan Ben bagai bencana. Sekuat tenaga Cantika berusaha menghindari pria yang berbahaya...