Tau-tau udah Part 28, lewatin Annoying Roomate. Haha ...
KOK BISA aku bikin cerita beda banget sama yang biasa aku tulis?
Dari awal bikin Lemonade--cerita anak kuliahan yang manis-manis, TL yang udah ku unpublish, BSC--office romance, AR masih mirip dikit-dikit vibesnya, tiba-tiba FR yang toxic.
Aku lagi pengin nyoba aja bikin sesuatu yang beda, yang di luar gaya ceritaku. Tapi tetep romance genre-nya.
Mungkin nanti bisa aja nulis cerita SMA, prequel-nya BSC. Hehe ...
Oh iya, udah baca BSC belum??
===
Cantika nyaris putar balik pulang ke rumah kalau saja dia tidak punya tugas menjemput adik-adik sepupunya. Sedan yang sudah ia ketahui siapa pemiliknya ada di depan rumah Tante Grace. Setelah dua minggu memutus kontak, Cantika tidak pernah menyangka adanya kemungkinan untuk bertemu di rumah Tante Grace.
"Thank you, Ben. Harusnya kamu nggak perlu repot-repot datang ke sini. By phone aja juga nggak apa-apa. Kamu pasti sibuk." Terdengar suara Tante Grace saat sedikit lagi Cantika mencapai anak tangga teratas menuju lantai dua.
"Nggak apa-apa, Bu. Lebih jelas kalau ketemu, lagi pula kita tetangga, cuma butuh berapa langkah ke sini."
"Padahal saya yang perlu, tapi malah kamu yang berkunjung."
"Sekalian biar saya bisa cek kamarnya."
Grace yang sedang mengobrol kemudian menyadari kedatangan Cantika. Bersamaan dengan Grace, Ben pun menoleh dengan raut sedikit kaget. Tapi secepat kilat menetralkan ekspresi wajahnya.
"Tante," sapa Cantika pelan. Dia melirik Ben sekilas, perasaannya masih tidak nyaman melihat lelaki itu.
"Oh, Can. Kamu masih ingat Ben? Mobilnya enggak sengaja tabrakan sama kamu."
Bagaimana mungkin Cantika bisa lupa pada mantan pacar yang mengaku single, nyatanya sudah punya calon istri dan sebentar lagi akan menikah?
"Iya, Tante." Dengan enggan Cantika beralih pada Ben, mengangguk sebagai sapaan demi menjaga tata krama di depan Grace.
Tapi, kenapa Ben ada di rumah Tante Grace? Batin Cantika.
Apa lagi yang direncanakan pria itu?
Selama sebulan ini Cantika menghindari Ben; termasuk memblokir kontaknya, tidak lari pagi keliling kompleks lagi, juga memperingati Brian supaya tidak sembarangan menjawab pertanyaan Ben. Sekarang, Cantika malah mendapati lelaki yang ingin dihindarinya bertamu di rumah tantenya.
"Kamar Byan-Caca bocor waktu hujan kemarin," ucap Grace seakan bisa membaca pikiran Cantika. "Jadi Tante tanya Ben soal pertukangan."
Baru saja Cantika memikirkan bagaimana merespons kalimat tantenya, deringan ponsel kemudian mengudara.
Grace yang merasa ponselnya berbunyi, segera menjawab panggilan masuk itu. "Ya, Ren? Udah di bawah? ... Oh, oke sebentar lagi aku turun."
"Ben, kamu mau cek kamar anak-anak dulu, ya?" tanya Grace setelah memutus sambungan telepon.
"Boleh, Bu," sahut Ben tersenyum ramah. Senyum yang beberapa waktu lalu sempat membuat Cantika terpana, dan sialnya sekarang pun masih tak berubah.
"Kalau gitu biar Cantika yang unjukin kamarnya, ya? So sorry Ben, padahal kamu luangin waktu ke sini, tapi saya udah harus pergi." Lalu Grace beralih pada Cantika. "Can, Tante mau berangkat. Tolong kamu kasih lihat kamar anak-anak ke Ben, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN ROMANCE [TAMAT]
Romance"Orang macam apa yang minum kopi kayak gini? Hot coffee bukan, iced coffee juga bukan." "Oh, I prefer hot lady dibanding hot coffee." Sejak awal, pertemuan Cantika dan Ben bagai bencana. Sekuat tenaga Cantika berusaha menghindari pria yang berbahaya...