65| Lima Menit Terakhir

65 5 0
                                    

Yuhuuu ...

Maaf beberapa waktu kemarin agak hectic sampai gak sempat update.

Ini dia detik-detik menjelang tamat.

Selamat membaca!

Selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===


"Maybe it's too late, tapi aku pengin dengar sendiri dari kamu. Katanya ... kamu hamil. Gimana kabar kamu, gimana kabarnya? I am so sorry, you went through a lot withouth me," ucap Ben sungguh-sungguh

"Kabar? Kamu nanya kabar sekarang??" Nadanya meninggi. Cantika mendengkus sinis. "Jangan bercanda! Ke mana aja kamu selama ini?" Disentaknya tangan Ben kasar.

"Aku diusir mamaku. Aku nggak punya tempat pulang. Biarpun Olin dan Miko rela nampung aku, tapi nggak ada satu hari pun tanpa rasa bersalah setiap bertatapan sama Miko. Aku juga nggak bisa libatin Olin di antara masalahku sama Miko. Menurut kamu, gimana kabarku? Apa aku bisa lebih baik-baik aja dari pada sekarang?" Cantika menunjukkan senyum getirnya.

Ben berdiri dari bangkunya, menatap Cantika dalam. "Aku benar-benar menyesal. Harusnya saat itu aku di samping kamu. Aku terlalu egois dan berengsek karena cuma mikirin diriku sendiri."

Entah sudah berapa ribu maaf yang dilontarkan Ben, rasanya Cantika sudah muak. Pada akhirnya mereka selalu menghadapi masalah yang berujung perpisahan. Ketika dua orang yang selalu dipertemukan tak bisa bersama, menurut Cantika mereka bukanlah takdir, melainkan tragedi. Oleh sebab itu, lebih baik jika Cantika memutus sejarahnya dengan Ben.

"Kalau kamu benar merasa kehilangan, kamu pasti bakal cari aku dengan berbagai cara, kayak Olin. Tapi, dari sekian pesan masuk di IG, nggak ada satu pun dari kamu."

Ben baru membuka mulut, ingin bicara. Namun Cantika tidak memberi kesempatan. "Dan kalau kamu ke sini hanya karena penasaran soal anakku, jangan sekali-sekali kamu beralasan pakai kata cinta, basi! Rasanya menggelikan dengar itu dari mulut kamu. Apa pun yang terjadi, aku nggak akan ngebiarin kamu ketemu dia."

"Can, please ... give me a chance," mohon Ben menggenggam kedua tangan Cantika.

Kesempatan?

Kesempatan yang ke berapa?

Jin saja hanya memberi tiga kesempatan pada Aladdin. Sedangkan Cantika, berapa banyak kesempatan yang diberikannya untuk Ben? Setiap kali terjadi konflik, Cantika harus menerimanya kembali. Tidak bisakah rantai masalah ini terputus? Cantika bukan Tuhan yang bisa selapang itu selalu memaafkan. Ia merasa amat lelah.

"Sebaiknya kamu pergi sebelum mereka usir kamu keluar dari sini," ibu jari Cantika menunjuk ke belakang.

Seolah itu sebuah isyarat, tiga pegawai lain mendekat. Mengepung dan menggiring Ben hingga ke pintu dengan senyum menyeramkan.

FORBIDDEN ROMANCE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang