61| Konsekuensi

53 3 0
                                    


===

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===


"Byan kangeeennn banget sama Kak Can. Kok sekarang Kak Can nggak pernah anter jemput Byan lagi, sih?" sungut gadis kecil itu menggembungkan pipi, memeluk erat Cantika dari samping.

"Kak Can kan udah nikah, Byan," Caca si anak tengah menimpali. Tidak seperti adiknya, dia lebih kalem. Meski begitu Bianca duduk berimpitan di sebelah Cantika. Bisa Cantika rasakan, Bianca juga merindukannya.

"Bukan karena itu aja, Caca. Aku sekarang magang juga. Jadi waktu kalian sekolah, aku kerja," sahut Cantika mengelus puncak kepala kedua adiknya.

Akhir pekan Cantika hari ini agak berbeda. Dia tidak membuat konten untuk barang-barang endorse, tidak juga bertemu Olin. Ketika akhirnya Cantika merasa tak enak badan berhari-hari, ia memilih menolak tawaran sponsor yang masuk. Untuk kerjasama yang sudah diterimanya, Cantika tidak bisa mundur. Jadi ia membawa beberapa produk ke kantor dan membuat konten saat jam istirahat. Entah itu berupa video, atau foto.

Dalam waktu seminggu, Cantika marathon membuat konten sembari mengerjakan tugas kantor. Soal lelah, tidak usah ditanya lagi. Kadang-kadang rasanya ia ingin membuang barang-barang sponsor itu ke tong sampah. Dia tidak menyangka menjadi dewasa semelelahkan ini. Banting tulang kuliah, magang, dan cari uang tambahan. Padahal tadinya dia sangat menikmati masa-masa menerima sponsor. Namun lama-kelamaan, Cantika sampai pada titik di mana ia berpikir ingin rehat sejenak dari media sosial.

Orang lain mungkin iri pada kehidupan-kehidupan selebgram yang dapat tawaran iklan sana-sini, mendapat barang-barang gratis dari sponsor. Nyatanya, semua tak seindah itu. Terlebih bagi Cantika yang mengelola semua sendiri. Mulai dari berkomunikasi dengan klien, negosiasi harga, rencana pembuatan konten, hingga eksekusi konten.

Cantika tak bisa mengeluh karena itu pilihannya. Sebagai ganti, ia mencari hiburan melalui sepupu-sepupu kecilnya di akhir pekan. Mendengarkan anak-anak berceloteh dan bermain bersama mereka selalu bisa mendongkrak mood-nya. Dia tidak perlu khawatir dengan ketidakikutsertaan Miko bersamanya, pria itu bekerja di hari Sabtu. Sejujurnya berada di dekat Miko pun masih terasa canggung setelah obrolan terakhir mereka. Ditambah lagi masalah—

"Magang itu apa?" tanya Byan dengan polos.

Mata Cantika mengerjap beberapa kali, tersadar dari lamunan sebelum menatap ke langit-langit. Dia mengetuk-ngetuk satu jari telunjuknya di dagu dan bergumam, "Magang itu ... hmm ... sebelum kamu lulus kuliah nanti, wajib ikut percobaan kerja yang sesuai bidang kamu. Nanti dapat nilai dari kantor untuk diserahin ke kampus." Sebisa mungkin ia berusaha membuat penjelasan yang mudah dipahami.

"Jadi sekarang Kak Can kerja?"

"Iya." Cantika mengangguk mantap.

"Terus kapan punya dedeknya? Kata Mami kalo Kak Can nikah, Byana bakal punya ponakan. Ponakan itu artinya dedek juga ya, Kak?"

FORBIDDEN ROMANCE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang