62 | Kotak Suara

104 6 0
                                    


===

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

"Nomor yang Anda tuju sedang dialihkan. Silakan—"

Ben memutus sambungan ketika lagi-lagi operator yang menjawab panggilannya. Sudah seminggu batang hidung perempuan itu tidak terlihat di kantor. Ben sengaja memberinya ruang. Menyetujuinya ketika Cantika beberapa kali absen dan terlambat ke kantor. Terakhir kali ia menghubungi Cantika, wanita itu meminta pengertian darinya untuk kondisi fisik yang kurang sehat.

Sulit menemui Cantika selama hampir sebulan. Di kantor, waktu mereka terbatas karena Cantika selalu pulang tepat waktu, tidak lagi menunggunya atau datang ke ruangannya. Ben tidak bisa mengunjungi Cantika selama dia masih tinggal bersama pria itu, masih berstatus istri orang. Meski Ben bisa saja mengabaikan pendapat orang lain, ia tidak ingin membuat masalah bagi Cantika.

"Damn ...," erang Ben frustrasi. Pria itu mengangkat tangan yang menggenggam ponsel menutupi wajahnya. "Again ... where are you Cantika?"

Semakin Ben memaklumi, semakin menghilang wanita itu dari pandangannya. Ini sudah tidak bisa ditolerir lagi. Peduli setan dengan statusnya. Kali ini Ben sudah kehilangan kesabaran. Ia tidak bisa menunda lebih lama lagi.

***

Sepi.

Sunyi.

Rumahnya benar-benar seperti tidak ada kehidupan sejak Cantika pergi. Miko memandang dapur, tempat biasa Cantika membuat jus sepulang kerja. Sambil melangkah melewati ruang tengah, tatapannya beralih pada sofa tempatnya dan Cantika menghabiskan waktu dengan menonton bersama.

Kadang-kadang mereka saling membantu untuk memulas masker wajah. Kadang-kadang, ia membersihkan wajah Cantika dengan toner. Kadang-kadang juga, Miko menyisir rambut panjang Cantika. Tentu saja semuanya adalah permintaan perempuan itu. Miko tak pernah menolak karena dia menyukai waktu yang dihabiskannya bersama Cantika.

Setelah mereka menikah dan mengungkapkan perasaan pada Cantika, segalanya berubah. Mereka tak lagi sama. Tidak bisa memandang satu sama lain sebagai sahabat, melainkan sebagai lawan jenis.

Cantika dan dirinya. Orang yang menerima cinta dan mencintai, bukan saling mencintai. Cantika punya pilihannya sendiri, dan sampai kapan pun itu bukan Miko.

Meski sudah paham, mengapa rasanya sehampa ini?

Mungkin harusnya sejak awal, Miko tidak perlu mengakui dirinya bukan gay. Mungkin sejak awal, harusnya ia menikah dengan tetap menjadi sahabat Cantika. Mungkin sejak awal, harusnya ia tidak perlu menyatakan perasaannya pada wanita itu, supaya Cantika tidak meninggalkannya. Supaya Cantika tetap ada di sisinya sekarang. Tanpa rasa canggung dan risi.

Miko lalu menghampiri pintu yang tertutup di sebelah kamarnya. Selama sedetik memandang kenop pintu sebelum akhirnya menariknya.

Perabot di kamar itu masih sama, tak ada yang berubah letaknya. Hanya saja isi lemari dan kabinet jadi lebih lengang. Di atas meja rias tidak ada lagi losion, pelembab, atau berbagai jenis make up dan perawatan kulit yang berantakan. Meja itu kosong melompong. Nyaris seperti dirinya.

FORBIDDEN ROMANCE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang