58| Skandal

51 3 0
                                    

Sebelum kalian baca Part 58, ada hidden part lagi yang gak bisa UP di sini karena terlalu adult, eksplisit, kasar, atau apa pun yang kalian sebut.
Jadi seperti sebelumnya, cuma bisa aku UP di Karyakarsa.

Hidden Part ini sangat berkaitan sama part 58. Jadi biar gak bingung dan merasa plot hole, mampir dulu baca part tersembunyinya yaa.

Happy reading!

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

"Nggak diangkat?"

Miko menoleh dan menggeleng. "HP Cantika mati. Gue cuma mau ngabarin pulang telat, sih. Tadi lupa bilang." Dia kembali duduk di sebelah Olin.

"Emang kalian nggak chat-an?" tanya Olin menelengkan kepala untuk menatap wajah Miko.

"Kalo kerja? Jarang. Hari ini chat terakhir dari dia cuma ngasih tau dia bakal lembur."

Olim manggut-manggut. "Mungkin dia lagi sibuk sama kerjaannya. By the way ... jangan bilang Cantika kalo lo nemenin gue ke sini." Tangannya menggenggam sepotong kertas berisi nomor antrian.

"Kenapa? Kita kan belum tau hasilnya, itu baru dugaan gue aja. Lo tetep harus jalanin pemeriksaan."

Olin menggeleng pelan dan bersikeras. "Jangan. Gue nggak mau dia khawatir."

Tidak ada lagi yang diucapkan oleh Miko. Lelaki itu menggenggam ponsel dengan kedua tangan seraya memandanginya. Mereka diam selama beberapa saat. Suara-suara orang yang berseliweran, alarm giliran masuk, serta aroma disinfektan mengisi kekosongan mereka. Sampai Olin kembali bersuara.

"Oh iya, lo yang ajak gue ketemu hari ini, tapi kita malah di rumah sakit. Lo mau ngobrol apa?" tanya Olin.

"Hmm ... nggak pa-pa. Nggak penting, sih."

"Dih, jangan bikin orang penasaran, kek! Kalo nggak penting buat apa lo sampe ngajak ketemu segala?"

Miko menimbang-nimbang sebentar sebelum akhirnya bertanya, "Lo tau Cantika magang di mana?"

"Di ... di mana, ya?" Olin malah balik bertanya.

"Rubic Design Building."

"Ooohh ..." Bibir Olin membulat membentuk huruf O.

"Lo tau siapa ownernya?"

Kali ini Olin menggeleng sambil mengangkat sebelah alis. "Siapa? Penting emang?"

"Dia. Mantannya Cantika."

"Mantan yang man—oh!" Bola mata wanita itu kontan membesar. "Jangan bilang itu Ben?"

Sebagai jawaban, Miko mengangguk.

Ekspresi Olin campur kaget dan tak percaya. Terlihat jelas wanita itu tidak tahu apa-apa. Cantika tidak menceritakannya pada Olin. Jadi, Miko tak bisa mengorek informasi lebih jauh.

FORBIDDEN ROMANCE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang