25| Calon Istri

238 10 0
                                    

Sudah aku tetapkan, FR update tetap 3x seminggu.

Hari Selasa, Kamis, dan Sabtu yaa guysss.

===

===

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Brutal."

"Hm?"

"Kamu terlalu brutal," celetuk Cantika sembari merapikan pakaian. Mereka saling membelakangi sesuai perintah Cantika.

Yang diomeli tertawa tanpa rasa berdosa, "Siapa coba yang mulai?" meloloskan kaus putihnya turun dari kepala.

"Aku cuma cium kamu." Dengan bibir mengerucut, Cantika meluncurkan protes.

"Tapi kamu suka. Biasanya kamu bakal berisik berusaha kabur, tadi kamu pasrah. Berarti kamu suka kan?"

Baiklah.

Cantika mengakui kekalahannya.

Dia tidak bisa membalas sama sekali.

Jika Cantika adalah perempuan paling gamblang, eksentrik, dan cuek; maka Ben adalah lelaki paling gendeng, tidak punya malu, dan persuasif. Dia jago. Mereka berdua ahli. Terutama dalam berciuman. Mulut dan bibir mereka yang menyatu seperti tercipta untuk saling mengisi dan melengkapi. Seperti itulah pagutan yang dirasakan mereka.

Sejauh ini, sifat mereka cocok. Selain pertengkaran yang pernah terjadi di antara mereka, tidak pernah ada selisih pendapat lagi—atau lebih tepatnya, karena mereka tak punya cukup waktu saat bertemu.

Setiap kali pertemuan mereka tergolong singkat, tidak banyak yang bisa mereka bahas mengenai diri atau keluarga masing-masing. Tak banyak pula bertukar pesan dalam keseharian Ben yang sibuk, dan Cantika sama sekali tidak keberatan.

Lagi pula mereka hanya berpacaran, bukan mau menikah. Menurut Cantika tidak perlulah dia menceritakan tentang keluarganya. Bisa jadi Ben adalah sebagian dari orang yang akan menganggap bencana yang pernah dialami keluarganya sebagai aib.

"Udah rapi? Mau dibantu pasang kancingnya?" Ben menolehkan kepala.

Masih dalam posisinya, Cantika membelalak, secepat kilat tangannya memasukkan kancing terakhir ke lubang blus. "Nggak. Nggak perlu. Udah selesai."

"Oke, kita pergi sekarang?"

***

Miko baru saja diantar pramusaji memasuki ruangan private restoran ketika rahangnya berdenyut menegang. Kedua tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya, tak percaya pada apa yang dilihatnya di depan sana. Sosok seseorang yang begitu dicintainya duduk bersama sosok yang berkebalikan. Seseorang yang selama ini menanamkan ribuan duri untuknya.

Tidak bisa lagi menghindari situasi karena pasangan itu telah melihat ke arahnya, Miko berjalan mendekati meja mereka dengan langkah gontai. Keceriaan yang mekar saat teringat akan bertemu sang ibu segera menguap.

FORBIDDEN ROMANCE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang