===
"Kamu ingat, pertama kali kita ketemu?" Jemari tangan Ben tenggelam di antara helaian rambut hitam Cantika, menyisirnya lembut. Sementara Cantika menyandarkan kepala di ceruk leher Ben. Mengenang pertemuan awal mereka.
Cantika masih berada di kamar hotel tempat Ben menginap. Sekian lama tidak bertemu, ada kesempatan duduk berdua dengan tenang. Rasanya sangat banyak yang ingin dibicarakan.
"Mana mungkin lupa? Pertemuan paling absurd dan kacau seumur hidupku."
"Dan paling memalukan dalam sejarahku," Ben tertawa. "Aku juga nggak tau, kenapa aku bisa segila itu. Kayaknya paling parah selama aku mabuk."
"Apanya yang paling parah? Kayaknya kebiasaan mabuk kamu memang jelek. Kalau bukan karena ada aku sama Ubay, malam itu kamu hampir terguling jatuh dari tangga kantor, nyaris jadi sushi roll. Jangan sampai kamu mabuk di depan orang lain, apa lagi cewek, malu-maluin!"
Ben menyeringai, mengangkat dagu Cantika. "Kamu takut aku nyentuh cewek lain?"
Selama dua detik Cantika menatap mata biru safir di depannya, lalu buang muka. Wajah tampan dan mata jernih itu amat mudah menghilangkan kewarasannya. Cantika harus waspada. Mereka masih dalam tahap berdamai.
"Bagus malah, jadi ada alasan buat aku jauhin kamu."
"Jangan," Ben merangkul pinggang Cantika mendekat kembali padanya. "Jangan jauhin aku, please .... Aku tau ini kedengaran konyol. Tapi rasanya, sejak awal kita ketemu aku langsung tertarik sama kamu."
"Aku tau."
"Kamu tau?"
"Udah banyak yang bilang gitu."
Ben terkekeh geli. Mengusapkan kepalanya pada kepala Cantika. Cara bicara lugas yang Ben sukai sejak dulu. "Ini dia salah satu yang aku suka, sifat percaya diri kamu. Aku suka lihat mata kamu yang natap aku dengan menantang. It looks so sexy."
"Dan ... bukan cuma kamu yang lihat aku begitu."
"Siapa orangnya? Siapa yang berani ngomong langsung ke kamu? Kurang ajar! Biar kucolok matanya. ... Kenapa? Kok kamu ngelihat aku kayak gitu?" Ben mendapati Cantika mengernyit menatapnya aneh.
"Colok tuh, mata kamu sendiri."
"Beda kasus, dong. Kalau aku yang ngomong nggak pa-pa."
"Memang kamu siapa?"
"Aku? Orang yang bakal hidup selamanya sama kamu," sahut Ben ringan. Tetapi reaksi Cantika tak sesuai harapan. Interaksi yang mulai mencair itu berubah hening dan beku lagi.
Raut wajah Cantika tampak murung. Ben ingin bertanya, namun Cantika lebih dulu memanggilnya.
"Ben, tolong ceritain tentang papaku lagi. Semua foto Papa dan barang-barang peninggalannya udah dibuang Mama. Aku takut, suatu hari nggak ada lagi jejaknya yang tersisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN ROMANCE [TAMAT]
Romansa"Orang macam apa yang minum kopi kayak gini? Hot coffee bukan, iced coffee juga bukan." "Oh, I prefer hot lady dibanding hot coffee." Sejak awal, pertemuan Cantika dan Ben bagai bencana. Sekuat tenaga Cantika berusaha menghindari pria yang berbahaya...