===
"Aku lihat mobilnya. BMW biru itu ...."
Perempuan itu mengerjap tanpa menatap Miko. Mungkin Cantika tak sadar saat ini dia sedang menggigit bibir bawahnya.
"Kamu sama Ben tadi?" tanya Miko dengan nada tenang. Kali ini langsung menyebut nama.
Sedan mewah tanzanite blue, dengan seri yang tidak begitu banyak ditemukan di jalan, tidak mungkin hanya suatu kebetulan. Miko pernah melihat mobil itu beberapa kali saat Ben menjemput Cantika dulu. Mobil yang akan membuat orang lain teringat begitu saja karena ciri khas dan keeleganannya. Mobil itu masuk ke area kantor Cantika tepat sebelum Miko meneleponnya.
"Aku nggak tau dia kerja di sana, sumpah! Aku magang di sana bukan karena dia. Aku nggak tau ada dia." Suara serta gestur Cantika panik bergetar. Tangannya saling meremat.
"Iya, aku tau kamu ngehindarin dia." Miko maju beberapa langkah. "Tapi ... kenapa? Kamu ngerasa nggak enak kalau aku tau kamu sekantor sama dia?"
Jeda sejenak sampai Cantika mengangguk, kerutan di antara sepasang alisnya menunjukkan betapa menyesal perempuan itu. "Sorry, Mik. Bukannya aku bohongin kamu. Aku cuma pengin belajar atasin masalahku sendiri, nggak terus-terusan merengek ke kamu atau Olin. Aku cuma mau magang dengan tenang sampai selesai."
"Kamu pikir, aku bakal minta kamu keluar kalau ada dia?"
Ragu-ragu, Cantika melirik Miko dan mengangguk.
"Ya. Aku memang pengin banget memohon supaya kamu pindah tempat magang. Aku bakal cariin tempat di mana pun itu, aku bakal usahain apa pun, asalkan kamu nggak ketemu dia lagi. Tapi kalau begitu, aku cuma bakal jadi cowok egois yang ngekang kamu, nggak hargai pilihan kamu. Pernikahan ini aja udah bikin kamu terbelenggu, apalagi kalau aku bersikap kayak gitu?"
"Nggak!" Kedua tangan Cantika meremas lengan kemeja Miko. "Kamu nggak pernah ngekang aku. Sebaliknya, kamu udah baik banget sama aku. Maafin aku, Mik. Ini keputusan aku. Aku janji akan jaga jarak sama dia. Selain urusan kerja, kami nggak pernah bahas hal lain. Dia juga pasti ngerasa kalo aku dan dia udah selesai.
"Sekarang aku lagi mengusahakan hal lain. Aku mau fokus ke masa depanku, hubungan kita, aku cuma bakal mikirin kamu. Aku juga sadar sama status aku yang udah jadi istri kamu."
"Kamu nggak perlu berusaha keras sendirian." Telapak tangan Miko terangkat menyentuh pipi Cantika. Sementara satu tangannya yang lain menggenggam tangan wanita itu. "Aku yang bakal bikin kamu berpaling ke aku. Kedepannya, aku bakal mengerahkan usaha terbaikku."
Selama ini, Cantika yang mendekatinya, menghampirinya. Tetapi Miko selalu menolak. Sekarang, ia rela melakukan hal yang sama, bahkan lebih, agar Cantika kembali tertarik padanya walau hanya sedikit.
Miko memeluk Cantika dan memberikan kecupan selamat malam di keningnya. Perempuan itu hanya diam. Menerimanya.
Jika begini caranya, bisa-bisa Miko menginginkan lebih. Sudah sejak lama ia menahan diri dan membohongi keinginannya untuk menyentuh Cantika. Kini, tidak ada lagi alasan yang menghalanginya. Mereka telah menikah. Apa pun yang dilakukannya sah di mata orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN ROMANCE [TAMAT]
Romance"Orang macam apa yang minum kopi kayak gini? Hot coffee bukan, iced coffee juga bukan." "Oh, I prefer hot lady dibanding hot coffee." Sejak awal, pertemuan Cantika dan Ben bagai bencana. Sekuat tenaga Cantika berusaha menghindari pria yang berbahaya...