56| Take You

156 7 0
                                    


===

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

===

"Oh, hai. Kamu juga lembur?"

Cantika berhenti melangkah dan menoleh, mendapati Miko ada di belakangnya. Senyum menghias wajah lelah pria itu.

"Iya. Udah makan, Mik?"

Miko kemudian menyamakan langkah di sebelahnya. Sama-sama menyusuri lorong untuk menuju ke unit apartemen mereka. "Udah tadi, sama mamaku. Kamu?"

Dengan senyum cerah, Cantika menjawab, "Aku juga udah. Besok aku aja yang siapin sarapan." Memeluk lengan Miko dan menyandarkan kepala di sana.

Beberapa langkah kemudian, mereka tiba di depan pintu. Cantika masih menempel, sementara Miko menekan kode akses pintu.

"Ada angin apa?" canda Miko mengelus puncak kepalanya.

Cantika melepaskan lengan Miko untuk meloloskan sepatu dari kakinya dan meletakkan ke rak sepatu. "Kasian kamu. Capek-capek dobel kerja, masa disuruh siapin sarapan juga di rumah. Sekali-sekali aku aja, kan aku istrinya."

Miko juga melakukan hal serupa. Tapi saat ia ingin mengangkat sepatunya, Cantika sudah mengambil alih dan memasukkannya ke rak lebih dulu.

"Tau nggak," kata Miko mengusap wajah dengan sebelah tangannya. "Barusan kamu bikin aku seneng."

"Karena beresin sepatu kamu?"

Miko menggeleng seraya tersenyum. "Karena pengakuan kamu. Aku seneng, kamu mulai mempertimbangkan hubungan kita. Aku seneng kalau kamu mau sungguhan jalanin pernikahan ini."

Dengan wajah bersemu, Cantika membuka mulut tanda mengerti, dan menggaruk pelipisnya salah tingkah. Kenapa Miko selalu saja mementingkan kenyamanannya lebih dulu? Kenapa Miko menginginkan pernikahan sungguhan dengannya?

Miko tidak tahu, betapa jahatnya Cantika sebagai seorang istri, apa yang sudah dilakukan istrinya dengan sang mantan. Bagaimana Cantika bisa tetap berpura-pura tersenyum di depan Miko, padahal dia baru saja berciuman dengan lelaki lain.

Miko tidak tahu.

Kalau tahu, Miko pasti tidak akan tersenyum seperti sekarang. Laki-laki itu akan marah. Kecewa. Membentaknya. Atau yang lebih parah, mengusirnya.

"Aku ... takut ngecewain kamu, Mik. Aku takut nggak bisa memenuhi ekspektasi kamu."

"Nggak ada rumah tangga yang sempurna, Can. Aku, kamu, kita sama-sama baru pertama kali jalanin ini. Wajar kalau kita mengalami kesulitan. Tapi aku minta, kalau suatu saat ada masalah, kamu nggak pendam sendirian. Bilang ke aku apa pun itu, biar kita cari solusinya berdua."

Bukan. Bukan itu yang dimaksud Cantika. Tetapi dia tidak bisa berkata apa-apa. Akhirnya, Cantika tersenyum dan mengangguk sebelum masuk ke kamarnya.

Bukan hanya sekadar jahat, Cantika merasa seperti jalang tukang selingkuh. Dia menunggu Ben menciumnya lebih dulu. Kemudian balas mencecap bibir pria itu. Kalau bukan karena Ubay, si penjaga kantor yang sedang berkeliling memeriksa ruangan, mereka mungkin tidak akan berhenti.

FORBIDDEN ROMANCE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang