Lady killer, sepertinya sebutan itu benar-benar cocok untuk Ben. Hanya dengan sedikit kalimat dan beberapa perlakuan, Cantika yang biasanya tidak peduli menjadi luluh seketika. Setelah dipikir lagi, kenapa dia begitu mudah menerima lelaki itu kembali?
Jangan-jangan Cantika kena pelet?
Duh, mikir apa sih?! batinnya mengetuk-ngetukkan pulpen ke kepala.
Tidak boleh. Dia tidak boleh segampang ini terbujuk rayuan Ben. Cantika pun mengambil ponselnya, mengetik pesan singkat untuk lelaki itu.
Kiara C: Kamu kapan ada waktu?
Kiara C: Aku mau ketemu
Pokoknya Cantika sudah bertekad akan putus. Dia akan bilang pada Ben bahwa apa yang terjadi kemarin hanyalah sebuah kesalahan. Dia terbawa suasana dan dalam keadaan tersudut hingga tanpa sadar menerima ajakan balikan dari lelaki itu.
Di dalam kelas, Cantika mengepalkan tangan penuh keyakinan bahwa setelah Ben membalas pesannya nanti, dia akan menemui lelaki itu dan mengakhiri semuanya.
***
"Lo udah kebayang mau bikin desain kayak apa?" tanya Hilda melangkah ke kantin bersamanya.
Wajah Cantika kusut akibat stres memikirkan tugas dari mata kuliah yang diulangnya tahun ini, Sustainable Architecture.
"Haduuh, kacau, Hil! Gue bisa ketemu lo, ya karena banyak ngulang matkul," celetuk Cantika memegangi kedua kepalanya. Pening dengan tugas yang menumpuk. Kalau diizinkan, rasanya Cantika siap hengkang dari kampus saat ini juga. Kapasitas otaknya terlalu minim.
"Minta bantuin Jovino aja. Bukannya nilai dia lumayan?"
"Gue udah putus, kali."
"Beneran??" Hilda menoleh kaget pada Cantika sembari memperbaiki letak kacamatanya. Beberapa buku tebal yang tidak muat dalam tas berjajar dalam pelukan gadis itu.
Seabgai jawaban, Cantika mengangguk.
"Terus tugas lo gimana?" tanya Hilda lagi.
Ponsel di saku jins Cantika bergetar sebelum dia sempat merespons pertanyaan Hilda. Gadis yang hari ini mengenakan kemeja tartan merah muda itu memeriksa pesan masuknya lebih dulu.
Ben: Besok boleh
Ben: Aku gak ke kantor
Cantika menggigit bibir bawahnya gusar sambil meringis membaca pesan masuk dari Ben. Dibandingkan menjadi MA, alias Mahasiswa Abadi, sepertinya kali ini dia memilih menurunkan harga dirinya sedikit. Tekad bulat dan rencana yang telah disusunnya kandas sudah terhempas satu tuntutan, lulus.
Cantika harus lulus mata kuliah ini kalau ingin cepat-cepat pergi dari kampus. Jalan satu-satunya keluar dari jurusan arsitektur hanyalah kelulusan.
Saat dirasanya tidak punya pilihan, Cantika menarik napas dalam-dalam, kemudian mengembuskannya perlahan. Jari-jarinya lalu mengetik pesan balasan untuk Ben.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN ROMANCE [TAMAT]
Romance"Orang macam apa yang minum kopi kayak gini? Hot coffee bukan, iced coffee juga bukan." "Oh, I prefer hot lady dibanding hot coffee." Sejak awal, pertemuan Cantika dan Ben bagai bencana. Sekuat tenaga Cantika berusaha menghindari pria yang berbahaya...