07| Cari Kesempatan

192 15 0
                                    


"Astaga! Apa itu?!" Cantika terkejut ketika bumper mobil bagian belakangnya membentur sesuatu. Dengan panik dia menoleh ke kaca spion di depan.

Cantika pikir siang itu jalanan kompleks sepi. Tapi saat dia mundur untuk putar balik di tikungan, rupanya ada mobil lain yang melaju di belakangnya. Karena terburu-buru, Cantika tidak memperhatikan sekeliling. Akibatnya, dia malah menabrak mobil orang.

"Aduh, gimana ini?! Nggak sadar ada mobil di belakang, malah nabrak." Dengan panik, dia menengok ke belakang dari bangkunya. "BMW pula! Kena dimaki nih, bisa-bisa."

Mobil itu bukan BMW seharga ratusan juta yang bisa dibeli sejuta umat. Melainkan jenis BMW kelas atas yang harganya menyentuh bilangan miliar. Bagaimana Cantika tidak ketar-ketir?

Ketika menyadari mobil tersebut adalah sedan yang di kenalnya, Cantika merasa secuil bebannya terangkat. Paling tidak dia bisa menunduk minta maaf dan bernegosiasi. Gadis itu kemudian memberanikan diri turun dari mobil, menghampiri mobil di belakangnya.

Kaca mobil di sisi pengemudi diturunkan saat dia sudah berdiri di sebelah sedan itu. Cantika melongok untuk memastikan si pengemudi adalah orang yang dikenalnya. Sembari mempersiapkan mental kalau-kalau pria itu murka dan meminta ganti rugi.

"Sorry ... aku nggak lihat ada mobil di belakangku." Suaranya bergetar meminta maaf.

Si pengemudi, yang tak lain adalah Ben, melepas kacamata berlensa gelap yang bertengger manis pada pangkal hidung mancungnya. Dia menghela napas sebelum keluar, memeriksa bagian mobil mereka yang baru saja bertabrakan.

"Lain kali hati-hati," ucap laki-laki itu tanpa nada kesal sedikit pun. "Kamu nggak pa-pa?"

Cantika mengangguk ragu, masih dengan tatapan cemas dan merasa bersalah. Berdiri kaku di hadapan Ben. Dia tidak menyangka laki-laki itu tidak marah, alih-alih menanyakan keadaannya.

"Aku ... aku tadi buru-buru, mau ambil barang yang ketinggalan. Itu ... mobil kamu ada asuransi kan?" Cantika masih menggigiti bibir bagian bawahnya dengan raut penuh penyesalan, menunggu jawaban.

Ben yang memperhatikan perilaku Cantika, terpaku sesaat. Padahal dia tahu gadis itu hanya sedang merasa bersalah, bukan bermaksud menggodanya. Tetapi ia merasa pemandangan Cantika yang menggigiti bibir bawahnya begitu sensual di matanya.

"Ada," jawab Ben setelah berdeham, berusaha mengenyahkan bayangan nakal dari kepala.

"Kalau gitu ... nanti aku ganti biaya asuransinya, ya? Kira-kira berapa?" tanya Cantika takut-takut menatapnya. "Sekali lagi, maaf banget ..."

Lelaki itu tampak berpikir sebentar, lalu berkata, "Sekarang aku lagi buru-buru. Nanti aja kita ketemu lagi. Oke?"

Sekali lagi Cantika menjawab dengan anggukan. "Nanti aku ke rumah kamu."

"Gampang, kita kan tetanggaan. Aku pergi dulu. Kamu hati-hati, jangan sampai nabrak lagi." Ben kemudian melangkah masuk ke sedan birunya. Sepertinya pria itu juga sedang terburu-buru karena langsung melesat pergi begitu saja.

Cantika yang masih berdiri memandangi mobil yang menjauh itu seketika teringat urusannya. Dia bergegas masuk ke Fortuner putih yang dikendarainya. Berputar balik ke rumah Brian mengambil barang yang ketinggalan sebelum menjemput Byana dan kakak-kakaknya.


***

Cantika baru saja akan naik ke lantai tiga, ketika menemukan sosok wanita anggun berusia empat puluh tahun duduk di ruang tamu. Dia adalah ibu dari ketiga anak-anak yang dirawat Cantika, Grace.

Meski usianya sudah memasuki kepala empat, wanita itu tampak lebih muda dari usianya. Apa lagi tubuh rampingnya yang tidak seperti ibu dengan tiga anak, membuatnya tetap terlihat awet muda dengan gaya berpakaiannya yang mengikuti tren.

FORBIDDEN ROMANCE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang