===
"Cantika ke toilet?" tanya Miko. Datang membawa sekantong minuman di tangannya. Dia lalu mengeluarkan satu per satu gelas bubble tea dari kantong tersebut di atas meja.
Olin meremas kertas di tangannya, menunjuk sembarang arah. "Katanya lanjutin bikin video transisi buat kontennya."
Setiap mereka bertiga pergi di akhir pekan, sering kali tujuannya adalah untuk membantu Cantika membuat konten. Perempuan itu mencari tempat-tempat estetik dan viral agar postingannya tak ketinggalan tren. Kadang-kadang Miko dan Olin juga masuk dalam satu bingkai bersama Cantika. Berkat itulah studio Olin cukup ramai pengunjung. Beberapa pasien yang datang ke klinik tempat Miko bekerja juga asalnya dari unggahan Cantika di media sosial. Tempat-tempat yang direkomendasikan Cantika, makanan, pakaian, sepatu, tas, atau apa pun itu sering kali membuat pengikutnya di medsos penasaran dan berujung menjajalnya.
Mata Miko tertuju pada kertas yang dipegang Olin, duduk di seberang perempuan itu. "Hasilnya udah keluar?" Dijawab anggukan oleh perempuan itu. "Sorry ya, gue nggak bisa nemenin kemarin. Gimana jadinya?"
"Santai, lo bukan suami gue lagian," ujar Olin mengeluarkan rokok elektriknya. Dia menyerahkan kertas di tangannya pada Miko, mengisap rokoknya, dan mengembuskan asap beraroma manis. "Diagnosa sang dokter memang nggak diragukan lagi. Positif." Kedua tangan Olin terangkat menunjuk Miko.
"Jangan having sex dulu, Lin. Proses penyembuhannya memang sebentar. Tapi kalo bisa, habis itu jangan ganti-ganti pasangan lagi. Pertimbangin kesehatan lo."
"Iya, Pak Dokter," dengkus Olin. "Ini kali ya, yang namanya azab."
"Nggak kasih tau Cantika?" tanya Miko tidak mau menggubris kata-kata Olin barusan.
"Nggaklah, nanti juga sembuh. Lihat aja si Princess, sibuk gitu." Jeda sejenak sebelum Olin balik bertanya, "Terus kalian sendiri gimana kelanjutannya? Waktu Cantika nggak bisa dihubungin, dia kenapa?"
Miko diam tak langsung menjawab. Hari di mana Cantika tidak pulang ke rumah membuatnya tak bisa tidur berhari-hari. Perasaannya tidak nyaman. Pikirannya tidak tenang.
Bukan tidak ingin percaya pada Cantika, hanya saja sikap perempuan itu jadi sedikit berubah. Dari yang biasanya mereka mengobrol sebentar sambil minum jus atau menonton siaran televisi kabel sebelum tidur, kini Cantika hanya menyapanya sebentar sepulang kerja. Setelah itu masuk kamarnya sendiri dan tak keluar-keluar lagi sampai pagi. Cantika juga terlihat menghindari kontak fisik dengannya. Tidak ada pelukan atau kecupan di pipi.
Mengingat kesibukan Cantika akhir-akhir ini yang masih harus mengerjakan tugas kuliah, pekerjaan magang, dan membuat konten di media sosial, Miko berusaha memaklumi. Mungkin istrinya lelah. Mungkin hanya Miko yang terlalu sensitif menanggapinya. Tetapi saat Miko ingin menjemputnya di kantor dan Cantika malah menolak, Miko sudah terlanjur berada dekat dari kantornya kemarin. Terpaksa harus menyaksikan istrinya dan sang mantan kekasih di depan kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN ROMANCE [TAMAT]
Romance"Orang macam apa yang minum kopi kayak gini? Hot coffee bukan, iced coffee juga bukan." "Oh, I prefer hot lady dibanding hot coffee." Sejak awal, pertemuan Cantika dan Ben bagai bencana. Sekuat tenaga Cantika berusaha menghindari pria yang berbahaya...