Cuma mau ingetin, kalau ada baiknya kalian baca HIDDEN PART di Karyakarsa sebelum baca part 19 ini.
Kalau ada yang bingung gimana caranya, DM ajaa ke IG @lunetha_lu .
Di WP sekarang udah gak ada fitur DM lagi :(
===
"Kak, besok lari pagi?" Tiba-tiba Brian melongokkan kepala dari luar pintu kamar adik-adiknya.
"Kenapa Bri? Kamu mau ikut?" tanya Cantika merasa langka dengan pertanyaan Brian.
"Nggak, sih. Nanya aja." Remaja laki-laki itu tampak berpikir sejenak sebelum lanjut bertanya, "Kak Can besok kuliah, ya?" Tangannya masih memegang kenop pintu. Posisinya juga masih mengintip dari luar kamar.
"Iya, kuliah. Ada apa Bri? Besok Kak Can tetap bisa jemput les, kok. Kamu mau pergi sama teman?"
"Nggak ...," jawab Brian pelan.
Karena Brian tidak berkata apa-apa lagi, Cantika mengira Brian sudah selesai. Cantika lanjut mengerjakan tugas kuliahnya, dengan Bianca dan Byana yang ikut menggambar di kertas masing-masing. Sesekali mereka membantu Cantika mengambilkan penghapus atau pulpen.
Namun sesaat kemudian, panggilan Brian terdengar lagi. "Kak Can."
"Hm? Apa Bri?"
"Jadinya besok Kak Can jogging, nggak?" Anak laki-laki itu kini memegangi ponselnya.
Jarang sekali Brian banyak tanya begini. Semenjak beranjak remaja, anak itu jadi lebih cuek. Makanya Cantika kemudian mengulum senyum sambil bertanya, "Kenapa sih, Bri? Memangnya kamu mau jogging?"
Brian mengusap kepalanya dan berkata, "Yahh, mudah-mudahan kalau kebangun, Brian ikut."
"Oh, ya udah. Besok Kak Can bangunin."
"Berarti besok pagi Kak Can jogging, ya?"
"Iyaaa, Bri. Iyaa ..." Agak gemas juga karena adik sepupunya tanya berkali-kali.
"Oke deh, Kak." Setelah kenyang bertanya, Brian memundurkan kepala. Menutup kembali pintu kamar Bianca dan Byan seperti semula.
Cantika geleng-geleng kepala sepeninggal anak itu. Ada-ada saja remaja puber sekarang, pikirnya. Mungkin Brian mau ikut lari pagi untuk membentuk tubuh supaya bugar. Anak lelaki seumuran Brian harusnya sudah mulai memikirkan penampilan, bukan?
"Ca, Kakak kamu aneh, tuh. Puber, ya?" kekeh Cantika, melampiaskan rasa gelinya pada sang adik.
Tetapi Bianca yang sama sekali tidak peduli pada Brian hanya memanyunkan bibir sambil mengangkat bahu. Sibuk menyelesaikan maha karya yang dia buat. Mereka lalu kembali larut pada kegiatan masing-masing.
***
Rasanya Cantika tidak akan percaya pada Brian jika besok-besok anak itu bilang ingin ikut lari pagi. Dia sudah menyetel alarm pukul lima, susah payah bangun lebih pagi agar Brian bisa ikut dengannya sebelum bersiap ke sekolah. Nyatanya anak itu tidak mempan dibangunkan. Lebih memilih mengukur kasur sampai batas waktu bangunnya.
Akhirnya Cantika memutuskan keluar rumah pukul enam, setelah langit lebih terang. Sejak pertemuan pertamanya dengan Ben yang absurd, dia kapok keluar rumah sendirian di pagi buta. Takut hal serupa terulang lagi.
Cantika lalu menyumpal telinga dengan earphone, mendengarkan lagu sambil menggerakkan tungkainya secara teratur. Rencananya Cantika akan berlari santai selama tiga puluh menit ke depan, setelah itu kembali pulang, mengistirahatkan kaki sebelum nanti bersiap ke kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN ROMANCE [TAMAT]
Romance"Orang macam apa yang minum kopi kayak gini? Hot coffee bukan, iced coffee juga bukan." "Oh, I prefer hot lady dibanding hot coffee." Sejak awal, pertemuan Cantika dan Ben bagai bencana. Sekuat tenaga Cantika berusaha menghindari pria yang berbahaya...