Pada akhirnya semua hanya tentang siapa yang akan melukai dan dilukai, siapa yang akan meninggalkan dan ditinggalkan.
===
Berengsek.
Lagi-lagi orang itu menghalanginya. Pria yang katanya memiliki orientasi seksual pada sesama jenis, tetapi menikah dengan Cantika. Dia selalu muncul di tengah-tengah mereka. Kehadirannya menyebalkan. Ketika Cantika menyebut nama lelaki itu maupun membelanya, atau saat lelaki itu menyentuh Cantika dengan tangan sialannya. Segala tentang lelaki itu membuat Ben menggeram marah.
Ayahnya menyuruh Ben memperbaikinya, tetapi ia tidak punya kesempatan itu, semua berjalan di luar rencananya. Ben kehabisan waktu. Karena apa yang seharusnya ia pertahankan sejak awal telah disia-siakan. Sekali lagi Ben harus merasakan kecewa. Ditinggal oleh wanita yang mulai membuat perasaannya hanyut tak tentu arah.
"Woi, udah, jangan minum lagi." Theo merebut botol dari tangan Ben. "Lo inget terakhir kali mabuk malah bikin takut anak orang?"
Bagaimana bisa Ben melupakannya? Momen di mana pertama kali ia melihat Cantika. Meski dalam situasi yang memalukan, Ben bersyukur pulang dalam keadaan mabuk karena kejadian itu yang mempertemukannya dengan Cantika. Sosok yang membuatnya terus penasaran.
"Makanya gue minum di rumah lo."
"Si bangke. Lagi ada masalah sama tuh anak gadis? –Eh, itu kalo masih gadis. Pacaran lama-lama sama lo mah, mana aman."
Ben tidak menanggapi Theo. Sibuk mengosongkan botol Henessy-nya.
Seandainya tidak menggunakan perasaan, mungkin tidak akan begini jadinya. Tetap bermain-main tanpa melibatkan emosi dengan siapa pun yang datang padanya. Di antara semua emosi, perasaan cintalah yang paling rapuh, paling rentan.
Pada akhirnya semua hanya tentang siapa yang akan melukai dan dilukai, siapa yang akan meninggalkan dan ditinggalkan. Seharusnya dia tetap menjadi orang yang pergi setelah mendapatkan apa yang diinginkan.
Semula Ben mengira, dia hanya tertarik secara fisik pada Cantika. Tapi setiap tingkah laku perempuan itu, kata-katanya, suaranya, pembawaannya yang polos dan energik, membuat Ben terus melihat ke arahnya. Kini dia harus melenyapkan perasaan yang melemahkan itu. Perasaan yang hanya akan menghancurkan dirinya. Ben tidak ingin menjadi seseorang yang menyedihkan seperti Mama Ana hanya karena rasa cinta.
"She is no different," gumam Ben. Satu tangannya masih memegangi botol sambil bertumpu di lutut. "Gue ditipu mentah-mentah sama kepolosannya."
Alis Theo berkerut menatap sahabatnya. "Cheating?"
Tapi Ben tidak menjawab. Meraih sebotol minuman lagi dari meja dan mendorongnya pada Theo. "Lo nggak ke mana-mana kan?"
Theo tak langsung menerimanya, memerhatikan raut kusut Ben. Dia tahu belakangan ini mereka memang sangat sibuk. Tapi penampilan Ben terlihat lebih mengenaskan darinya. Mirip orang yang habis terdampar di pulau. Mau tak mau, Theo menghela napas, "Cuma satu botol. Gue nggak mau jadi drunken idiot kayak lo," kemudian menerima botol itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN ROMANCE [TAMAT]
Romansa"Orang macam apa yang minum kopi kayak gini? Hot coffee bukan, iced coffee juga bukan." "Oh, I prefer hot lady dibanding hot coffee." Sejak awal, pertemuan Cantika dan Ben bagai bencana. Sekuat tenaga Cantika berusaha menghindari pria yang berbahaya...