Sabar yaa guys, cerita ini cuma fiktif.
Tapi kalau kalian tanya, adakah yang se-absurd ini di luar sana? Yaa mungkin aja adaa.
Who knows?
Cerita hidup orang beda-beda.
===
Cantika sedang bersiap-siap mandi untuk mengikuti kelas siang di kampus, ketika ponselnya berdering keras tak sabar.
"Duh, siapa lagi, sih. Tunggu, tunggu ...," desisnya pada benda pipih yang terus menjerit itu.
Tadi pagi, Miko sudah berangkat ke klinik lebih dulu. Kalau bersiap lebih awal, seharusnya Cantika bisa ikut menumpang di mobil Miko. Tetapi hari ini Cantika sedang tidak ingin cepat-cepat datang ke kampus dan menunggu sendirian selama beberapa jam sebelum kelas siangnya dimulai.
Nama Olin tertera di layar ketika Cantika meraih ponselnya. Dia lalu menempelkan benda pipih itu ke telinga.
"Lo di mana?" serbu suara di sujung telepon, bahkan sebelum Cantika mengatakan 'halo'. Nadanya terdengar tergesa.
"Di apartemen Miko, mau siap-siap ke kampus."
"Tunggu gue. Gue ke situ sekarang."
"E-eh ... tapi gue mandi dulu y—" Bunyi klik menghentikan kalimat Cantika. Perempuan itu menjauhkan ponsel dari telinga dan menatap dengan bibir mengerucut pada layar yang sudah gelap itu. "Huh, malah dimatiin. Bodo, ah! Mandi dulu."
Beberapa menit setelah Olin menelepon, bel di depan unit apartemen Miko berbunyi. Bertepatan dengan Cantika yang baru selesai mandi.
Dia pun terburu keluar kamar, membuka pintu dan langsung dikejutkan oleh pelukan mendadak yang menyerbunya. Suara isakan pelan terdengar. Cantika melangkah mundur menutup pintu.
"Lin? Olin? Lo kenapa?"
"Sorry." Wajah Olin sudah tak keruan merah karena air mata.
"Lo kenapa, Lin?"
"Sorry. Maafin gue." Olin terus meracau sambil terisak. Memegangi kedua lengan Cantika dan menunduk dalam. "Maafin gue, gue nggak tau." Bahunya yang lebih pendek dari Cantika bergetar.
"Maaf kenapa? Nggak tau apa? Coba pelan-pelan. Gue bingung."
"Gue ... nggak pantes jadi sahabat lo lagi."
***
"Ra, mau ikut makan di luar nggak? Rame-rame sama anak arsi lain." tanya seorang perempuan yang merupakan teman sekelas Cantika.
Sementara teman yang lain menimpali, "Eh, Kiara mana mau makan di pinggiran gitu."
"Hilda ikut nggak?" tanya Cantika.
"Hilda beda angkatan kan?"
"Katanya dia udah di sana duluan sama anak-anak arsi yang lain."
"Oh, ayo kalo gitu." Cantika mengiakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORBIDDEN ROMANCE [TAMAT]
Romance"Orang macam apa yang minum kopi kayak gini? Hot coffee bukan, iced coffee juga bukan." "Oh, I prefer hot lady dibanding hot coffee." Sejak awal, pertemuan Cantika dan Ben bagai bencana. Sekuat tenaga Cantika berusaha menghindari pria yang berbahaya...