"Miss Alvarez."
Gerakanku yang sedang membereskan buku terhenti seketika. Suara itu. Suara dalam dan rendah yang tidak pernah berubah. Meski wajah yang menatapku tampak heran dan tanpa rasa bersalah, aku tahu dia hanya monster berkedok manusia. Aku tidak tahu apa alasannya, tapi aku yakin dugaanku tidak salah.
Aku berusaha mengabaikan panggilan tersebut, memeluk buku-bukuku dengan erat lalu berjalan melewatinya.
"Miss Alvarez!" Seruannya menghentikanku. Mataku terpejam rapat saat aku berdiri membelakanginya. Beberapa pasang mata yang masih tersisa di dalam kelas, sempat menoleh ke arah kami. Hanya sejenak. Langkah-langkah mereka pergi meninggalkanku berdua dengannya. Seumur hidup, aku tidak pernah mengharap kehadiran orang lain seperti saat ini.
"Walk with me." Tepukan lembut mendarat di bahuku. Otot-ototku mengejang, melawan dalam diam.
"Aku ada kelas, Sir," ucapku dengan suara sedatar mungkin.
"Kau punya masalah denganku. Masalah yang lebih besar daripada kelasmu yang berikutnya. Ikut aku." Kalimatnya terdengar final. Dengan enggan, kuikuti langkah kakinya yang bergerak menuju kantornya. Kantor yang dulu dipakai oleh Mr. Dobson. Oh Tuhan ... apa yang terjadi pada Mr. Dobson? Apakah monster ini telah menghabisinya?
"Di mana Mr. Dobson?" tanyaku seraya memeluk buku lebih erat. Sebelah alis pria itu terangkat bertanya, kemudian dia menggeleng dengan tidak percaya.
"Mr. Dobson mengalami kecelakaan dan patah di kedua tulang keringnya. Aku adalah guru pengganti. Kau sama sekali tidak menyimakku sejak awal, Miss? Adakah pelajaranku hari ini yang bisa kau tangkap?" Dia terdengar tidak senang. Saat tidak mendapat reaksi berarti dariku, dia mendesah lalu duduk di balik meja, memberi isyarat padaku agar duduk pada kursi di seberangnya. "What's your problem? Sebelum memegang kelas ini, aku sudah mendapat referensi murid-muridku dari Mr. Dobson. Bisa dibilang dia menyebutmu siswi yang cemerlang. Tapi hari ini, kau membuatku meragukan pendapatnya."
"Aku tahu siapa Anda, Sir." Meski suaraku diwarnai getaran, tatapanku tidak beralih darinya. Mungkin dia bisa menipu orang lain, tapi aku bukan salah satunya.
Alis hitamnya bertaut hingga menimbulkan kerutan dalam di dahinya. "Ya. Aku yakin kau tahu siapa diriku. Aku sudah memperkenalkan diri tadi. Archer Hunt, guru Biologi pengganti Mr. Dobson. Kau masih ingat, kan?"
Kuanggukkan kepala masih tanpa melepas tatapan darinya. "Aku tahu siapa Anda sebenarnya," tekanku lagi pada setiap kata yang kuucapkan.
"What is that supposed to mean?"
"Stop pretending."
"I'm not pretending to be anyone than myself. Apakah itu yang kau duga? Bahwa aku adalah orang lain?"
"Aku tidak menduga. Aku tahu. Anda adalah monster yang...."
"What?" Dia berdiri tiba-tiba dari tempat duduk. Raut kemarahan mulai menghinggapi wajahnya. "Aku gurumu. Kau tidak bisa begitu saja menyebutku 'monster' tanpa mendapat masalah. Selamat, Miss. Kau mendapat masalah yang kau inginkan. I give you detention."
"No, wait." Aku segera menghalangi jalannya ke arah pintu. "Aku tidak sedang mencari masalah. Aku hanya ... hanya...."
Dia melipat tangan di depan dada, menungguku yang bicara dengan terbata-bata. "Jelaskan kenapa kau tidak menyukai kelasku dan bersikap seperti ini. Aku memang hanya guru pengganti, tapi bukan berarti kau bisa bersikap tidak hormat kepadaku."