A Night with No Remorse - Part II

442 31 5
                                    

Agak eksplisit y 😅.. Gak bisa lebih halus lagi karena Killian harus 'nebus' kesalahannya wkwk...
———————————————————

Klarissa tidak tahu sudah berapa lama dia tidur. Yang dia sadari, tubuhnya pegal luar biasa saat dia membuka mata. Gadis itu bergerak hati-hati, meringis kecil karena nyeri di antara kedua kakinya. Dia baru tahu bahwa bercinta, ternyata tidak semenyenangkan seperti yang dia dengar. Perlahan, dia mengangkat tubuh, lalu tertegun saat melihat penampilannya. Baju tidur yang dia pakai melekat rapi di tubuhnya. Semalam, dia ingat bahwa dirinya langsung tertidur setelah bercinta dengan Killian, dengan pakaian berantakan dan tubuh nyaris telanjang. Klarissa bersemu. Memori percintaan pertama dengan pria itu terekam jelas dalam kepalanya. Menolak meninggalkan ingatannya. Killian tidak menyentuhnya dengan lembut. Sama sekali. Namun, Klarissa bereaksi seperti gadis yang mendamba. Menantikan suaminya sendiri bercinta dengannya. Dia menutup wajah malu. Pasti karena setiap malam dia tidur sambil menatap potret pria itu. Karena, bahkan Klarissa sendiri terkejut akan reaksinya saat bercinta dengan Killian.

Pintu yang terbuka mengalihkan perhatian Klarissa. Objek pikirannya masuk ke dalam kamar, membawa senampan penuh makanan. Di bawah sinar mentari yang menelusup dari celah tirai, sosok Killian tampak lebih hangat daripada semalam. Rambul karamel pria itu bercahaya dan masih lembap. Manik mata Killian yang berwarna terang, melembutkan profil wajah tampan yang lekat dengan raut tegas itu. Kemejanya putih bersih, terbuka hingga pertengahan dada. Kaki panjang pria itu dibalut celana abu-abu gelap, warna seragam prajurit Camellion.

Killian hanya berdiri menatapnya, kelihatan agak... kikuk. Tidak mungkin pria itu merasa malu setelah mereka menghabiskan malam bersama. Menilai dari sikap Killian semalam, pemalu jelas tidak termasuk dalam sifat pria itu.

"Aku dari bawah. Mengambilkan makanan... untukmu," tukas Killian. Seakan Klarissa butuh penjelasan kenapa dia terbangun seorang diri di tempat tidur tanpa pria itu di sisinya.

Killian berjalan ke arah tempat tidur, meletakkan nampan yang dia bawa. Klarissa tidak menyangka bahwa pria itu akan repot-repot membawakan makanan ke kamar untuknya. Karena sekali lagi, sikap Killian tadi malam sama sekali tidak menggambarkan bahwa pria itu cukup peduli dengan kenyamanannya.

"Terima kasih." Gadis itu berkata tulus, balik menatap Killian yang kini duduk di tepi ranjang. Agak jauh dari tempatnya berada. "Bajuku... Apa kau yang memakaikannya?"

"Ya," jawab pria itu singkat. Tanpa membalas tatapan Klarissa. "Aku tidak menggantinya. Takut kau terbangun. Kau pasti lelah dan aku tidak ingin mengganggu tidurmu."

Gadis itu tertunduk. Malu karena mengingat alasannya masih lelah pagi ini. Killian mengamati Klarissa melalui ekor matanya. Saat hari sudah terang, kini dia lebih jelas melihat reaksi polos istrinya yang sangat jauh dari kepura-puraan. Pandangannya jatuh pada tanda merah gelap di sisi leher gadis itu. Bekas ciuman yang sengaja dia buat untuk menjauhkan pria lain dari Klarissa. Pria itu mengerang dalam hati. Melihat dari warnanya, tanda itu tidak akan hilang dalam beberapa hari ke depan. Sekali lagi, seharusnya dia berpikir jernih dan tidak bertindak ceroboh karena dorongan emosi. Alkohol juga kalau mau adil.

"Bagaimana perasaanmu?" Killian harus menyingkirkan seluruh egonya hanya untuk pertanyaan sederhana itu. Ego bodoh yang dia biarkan mengendalikan tindakannya semalam.

"Aku... baik."

Klarissa menunduk makin dalam. Menyembunyikan pipinya yang memerah dari pengamatan pria itu. Rasanya, Killian ingin menampar diri sendiri. Dia pasti sangat buta tadi malam hingga tidak melihat tanda-tanda kenaifan gadis itu.

"Apa masih sakit?"

Rona di pipi Klarissa menggelap saat mendengar pertanyaan Killian. Gadis itu menggeleng tanpa mengangkat wajah. "Tidak terlalu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Piece of My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang