Till The Last Rain Drop (2)

251 29 0
                                    

Masih lumayan eksplisit y pemirsa, tapi lebih mending daripada sebelumnya..
———————————————————

Hidupku selalu teratur. Tak pernah melenceng dari jalur. Bahkan aku tidak pernah bolos saat masih duduk di bangku sekolah. Mungkin, ini adalah kali pertama aku melakukan hal yang tidak akan pernah dilakukan oleh diriku dulu. Tidur dengan pria yang bukan kekasihku. Pria yang sama sekali asing.

Tak bisa kupercaya bahwa percakapan singkat kami di tengah hujan, berakhir di dalam kamar hotel. Seluruh pakaianku basah hingga menembus baju dalamku. Kondisi pria itu juga tidak jauh berbeda. Kami basah kuyup. Kedinginan. Namun, ada bara di manik cokelat gelap yang kini mengunciku.

Kami berciuman dengan rakus, berlomba saling merebut oksigen. Bibirnya dingin. Sama seperti tangan yang sedang melucuti pakaianku. Bunyi benda berat yang jatuh terdengar setelah dia berhasil melucuti mantelku. Jemarinya yang nyaris membeku, menyasar kancing blusku. Melepasnya dengan gerakan lincah tanpa jeda.

Kepanikan menyergapku. Aku benar-benar akan tidur dengan pria yang baru saja kutemui. Pria yang mampu menyihirku hanya dengan tatapan. Pria yang bahkan tidak kuketahui namanya.

"Wait."

Gerakannya berhenti. Tak kusangka pria itu akan menuruti permintaanku jika menilai betapa terburunya dia ingin melihatku telanjang.

"At least ... tell me your name." Getaran samar menghiasi bibirku. Karena kedinginan dan rasa gugup.

Dia melihatku dengan sorot sama seperti ketika kami diguyur hujan. Tatapan yang menghipnotisku sejak awal.

"Yuji."

Yuji. Kuulang nama itu dalam benak. Menerakan pada sudut hatiku. Dia memang tidak tampak seperti orang Amerika kebanyakan. Dan Yuji jelas adalah nama Jepang. Kuduga karena mungkin dia keturunan Asia. Pertanyaanku hanya bertahan di ujung lidah. Wajah Yuji bergerak maju, berniat menyatukan bibir kami kembali. Aku mencegahnya sebelum niatan itu terlaksana.

"Annette. Nice to meet you ... Yu ... Yuji."

Kureguk ludah. Sedikit gagap saat menyebut namanya untuk pertama kali. Dia meraih jemariku yang berada di bibirnya. Menjilat noda darah yang menempel karena jariku tak sengaja mendarat di lukanya.

"Ann," bisiknya sambil menyusurkan lidah di sepanjang jemariku. Rona menjalari pipiku. Aku yakin wajahku sekarang sudah semerah darah yang sedang dia jilat. Aku bahkan terlalu malu untuk peduli bahwa dia baru saja menyingkat namaku. Memberiku panggilan khusus.

Saat bibir Yuji kembali meraihku, aku tak lagi mencegahnya. Membiarkan tubuhku melebur dalam pelukannya. Dia menanggalkan blusku, mendorongku perlahan ke arah tempat tidur. Kasur yang hangat bertemu dengan kulitku yang dingin. Kain yang masih melekat di tubuhku, terasa lembap dan tidak nyaman. Aku ingin melepas semuanya. Merasakan hangatnya linen langsung menyentuhku. Linen dan juga kulit manusia.

Panas merambati pipi hingga ke telingaku. Merasa malu oleh isi kepalaku sendiri. Terkejut betapa Yuji bisa memunculkan pikiran kotor dalam diriku, padahal dia masih berpakaian lengkap. Meski tidak lama. Dia melepas jaket juga T-Shirt-nya yang basah. Menampakkan tubuh langsing yang tidak terlalu dihiasi banyak otot. Namun, dadanya bidang dan lengan yang kini mengurungku tampak kukuh.

Lagi-lagi, dia hanya diam menatapku. Membiarkan napas kami beradu dalam kesunyian. Menikmati setiap kali dadaku hampir menyentuh dada telanjangnya saat aku bernapas. Lalu tangannya bergerak, naik menyusuri sisi wajahku. Membuaiku menggunakan sentuhan lembut yang sangat berlawanan dengan jarinya yang kasar. Belaian yang nyaris hati-hati. Aku menggigit bibir saat usapannya mencapai renda bra-ku. Dia mengamati reaksiku setiap kali jemarinya membelai. Tersenyum tipis mendapati napasku bertambah cepat. Mendadak, sentuhannya berpindah ke bibirku.

Piece of My MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang