"Ambil air!" titah Reina menatap anak buahnya. "Jangan sampai ketahuan," lanjutnya kemudian menatap Liona dengan senyum menyeringai.
"Kenapa?" Liona bersuara. Yang gadis itu tanyakan kenapa seorang Reina yang terkenal primadona itu rela membully seseorang.
Reina mengerutkan keningnya. "Kenapa? Hm, karna lo sering ganggu Ilona mungkin?"
"Pembully kayak lo nggak pantes hidup lebih lama. Merusak mental demi kesenangan belaka."
"Yahh! Lo benar. Dan ngehancurin mental lo udah masuk list nomor satu gue!"
Liona mengepalkan tangannya erat. Bayangan dulu di kehidupannya sebagai Stella, nyawanya hampir melayang karna salah satu orang yang membencinya di sekolah. Para pembully sialan.
Plaaakkk!!
Reina merintih sembari memegang pipinya yang kebas. Dia menatap Liona tak percaya. Merasa tak terima, Reina pun balas mencengkram leher Liona dengan kuat.
"Sialan lo!!" teriaknya di depan wajah Liona.
Bughh
Liona menghantamkan pukulannya tepat ke wajah Reina. Gadis iyu menyeringai ketika mendengar suara rintihan dari mulut Reina.
"Segitu doang marah?" Liona terkekeh geli. "Apa lo nggak pernah mikirin korban-korban lo yang sampai masuk rumah sakit?"
"Tau apa lo?!"
"Oh lupa, lo kan nggak bisa mikir gegara nggak punya otak." ucap Liona.
Byurrr!
Tiba-tiba air dingin mengguyur tubuh Liona dari belakang. Dia tersentak, tubuhnya basah kuyup. Liona mengumpat, lalu berbalik dengan tatapan tajam. Dilihatnya Sahsa—anak buah Reina—berdiri dengan ember kosong di tangannya.
Dengan cepat, Liona mencengkeram dagu Sahsa, menekan keras hingga kukunya yang panjang menembus kulit gadis itu.
"Arghhhhh!" jerit Sahsa dengan mata berkaca-kaca, merintih kesakitan. "Le...pas, sialan!"
Bukannya melepas, Liona justru semakin menekannya. Seringai buas ia perlihatkan ketika kembali mendengar teriakan kesakitan. Ahh sial mengapa ini terdengar sangat nikmat?
"Tolooong!! tolong lepas!!" mohon Shasa kepada Reina dan tiga temannya yang lain. Gadis itu meringis menahan tangisannya.
Reina yang panik kemudian menarik rambut Liona agar melepaskan Sahsa. Sedikit tak menyangka bahwa yang melakukan hal keji itu adalah Liona—siswi yang sering mereka bully.
Genggaman Liona terlepas begitu saja. Sebuah tarikan di rambut membuatnya emosi. Digerakkannya tangannya dengan kasar hingga mengenai wajah Reina. Tangkisan yang membuat gadis itu meringis meraba wajahnya.
"Cepaat kabur!!" teriak dari arah belakang.
Nafas Liona tercekat. Pupil matanya melebar penuh kebencian. Reina dan anak buahnya berhasil keluar setelah salah satu dari mereka menyalakan gas air mata.
Asap tebal langsung memenuhi bilik toilet. Liona menutup matanya sambil menahan nafas. Sekarang bukan hanya tubuhnya yang menggigil. Nyalinya pun ikut menggigil ingin segera membunuh Reina dan juga teman-temannya itu.
"Sialan brengsek!!" lirih Liona dengan nada rendah. Kesabarannya habis.
Liona berdiri di tengah kabut gas air mata yang mengepul, mata tertutup rapat sambil mencoba menahan napas. Sensasi terbakar di mata dan tenggorokan membuatnya semakin marah. Dia sudah muak dengan permainan ini. Dia sudah muak dengan Reina dan antek-anteknya yang berpikir mereka bisa terus menginjak-injak orang lain tanpa akibat.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI SANG KETUA
Fantasy❝Diam menjadi misterius, bergerak menjadi serius.❞ -Liona Hazel Elnara Peringkat Mengesankan: #1 in mafia [18 Agustus 2024] #1 in fantasi [21 Agustus 2024] #1 in misteri [27 Agustus 2024] #1 in thriller [27 Agustus 2024] #1 in teka-teki [28 Agustus...