TSK-28

79.6K 4.2K 28
                                    

Vote duluuuuu

Liona merasa telinganya memerah. Rasa canggung dan bingung menyelimuti dirinya setelah ciuman singkat dan penuh tiba-tiba tadi. Arion pergi begitu saja setelah mengucapkan kalimat yang membuatnya semakin bimbang. Dia hanya berdiri di situ, merenungi apa yang baru saja terjadi, sementara jantungnya berdebar hebat.

Malam ini benar-benar tidak seperti yang dia bayangkan. Apa yang dimulai sebagai permainan truth or dare yang sederhana kini berubah menjadi sesuatu yang lebih rumit. Perasaan campur aduk yang tak bisa dijelaskan mulai menguasai dirinya. Liona merasa seperti berada di tengah badai emosional, dan dia hanya ingin mencari ketenangan.

Dengan langkah hati-hati, Liona kembali memasuki rumah. Suasana di dalam masih riuh dengan tawa dan suara permainan, tetapi dia merasa seperti berada di dunia yang berbeda.

Dia kembali duduk di samping Alden, berusaha untuk terlihat tenang meskipun pikirannya berkelana. Dia merasa cemas tentang bagaimana hubungan antara dia dan Arion akan berubah setelah ciuman tadi. Apakah itu akan membuat segalanya menjadi canggung?

Alden menatap adiknya dengan curiga. "Kok kamu tiba-tiba berubah kayak gini? Ada masalah?"

"Enggak kok, bang," jawab Liona dengan nada yang lebih ceria daripada yang dia rasakan. "Gue cuma... capek aja."

Alden tampak ragu, tetapi dia kembali terlibat dalam permainan yang semakin memanas. Liona memutuskan untuk tidak membebani Alden dengan masalahnya dan hanya berusaha untuk menyibukkan dirinya dengan suasana di sekitar.

Saat permainan berlanjut, Liona melirik ke arah Arion yang kini sudah kembali bergabung dengan teman-temannya di sudut ruangan.

Arion tampak asyik dengan gelas minumannya, dan sesekali meneguk minumannya dengan penuh kepuasan.

Liona memperhatikan setiap gerak-geriknya, merasa matanya seperti magnet yang menarik perhatian.

Arion tiba-tiba meneguk minumannya dan menjilat bibirnya dengan gerakan yang sangat sadar. Tindakan itu terasa seperti sinyal yang dikirimkan langsung untuk Liona, dan dia tidak bisa mengabaikannya.

Rasa malu dan kemerahan di telinga Liona semakin mendalam. Dia merasa seperti semua orang di ruangan itu bisa melihat apa yang dia rasakan saat ini, meskipun mereka semua sibuk dengan permainan mereka masing-masing.

"Shit!" bisik Liona pada dirinya sendiri, mencoba mengendalikan emosi yang melonjak.

Dia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Ada semacam magnet yang menarik dirinya ke arah Arion, tetapi dia juga takut bahwa langkah selanjutnya bisa membuat segalanya semakin rumit.

Saat permainan hampir mencapai puncaknya, Liona memutuskan untuk keluar lagi dari ruangan. Dia butuh waktu sendiri untuk berpikir, untuk menyaring perasaannya dan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya dia inginkan. Dengan langkah pelan, dia menyelinap keluar dari kerumunan dan menuju ke halaman belakang rumah.

Di luar, hujan ternyata kembali mengguyur deras, namun Liona tidak peduli. Dia duduk di tepi kolam, membiarkan hujan menetes di rambutnya dan membasahi pakaiannya.

Suara hujan dan angin yang menderu memberikan sedikit ketenangan, tetapi perasaan yang berkecamuk di dalam hatinya tetap kuat.

"Hahaha!" Liona meremas rambutnya kemudian tertawa pelan.

Dia mendongak membiarkan hujan menerpa wajahnya. Tubuhnya kini basah kuyub. Pakaiannya pun membentuk lekuk tubuhnya dengan kain tipis yang menerawang.

Perasaan gelisah, perasaan yang sama sekali tidak ingin Liona rasakan. Namun sekarang. Liona tertawa kecil. "Haaa... sial!"

TRANSMIGRASI SANG KETUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang