Double up menyusul kalau vote komen udah 200 (janji karna babnya juga udah siap)
Selamat membaca!
Liona menaikkan alisnya, merasa tertantang dengan kehadiran gadis bernama Rebecca itu. Tatapannya tajam saat dia kembali memandang ke arah bawah, matanya tertuju pada Rebecca yang merangkul Arion dengan erat. Arion tampak terkejut dengan tindakan Rebecca yang tiba-tiba, dan tanpa ragu dia menepis tangan gadis itu, mencoba melepaskan diri.
Liona tersenyum miring, puas melihat reaksi Arion. Namun, sepertinya Rebecca tidak menyadari atau mungkin tidak peduli dengan penolakan itu. Malahan, dia semakin mendekati Arion, tubuhnya hampir menempel ketika dia duduk di antara teman-temannya, semakin menggodanya.
Liona bisa melihat betapa Rebecca berusaha menarik perhatian Arion, dengan senyum lebar dan gerakan tubuh yang menggoda. Gadis itu tampaknya tidak ingin menyerah begitu saja, meskipun Arion sudah jelas menunjukkan ketidaknyamanannya.
Di satu sisi, Liona merasa kesal melihat pemandangan itu. Namun di sisi lain, ada perasaan menyenangkan yang muncul di dadanya. Bagaimanapun juga, melihat Arion berusaha menolak gadis lain memberinya semacam kelegaan yang tak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata. Seolah-olah itu membuktikan sesuatu yang tak terucapkan tentang hubungan mereka, sesuatu yang lebih dari sekadar permainan atau kebetulan.
"Rebecca ini siapa sih?" gumam Liona pelan, lebih pada dirinya sendiri. Dia mengamati setiap gerak-gerik Arion dan Rebecca dengan teliti. Ada dorongan untuk turun ke bawah dan membuat kehadirannya diketahui, untuk menegaskan batas-batas pada Rebecca yang tampak terlalu berani. Tapi dia masihmenahan diri, memilih untuk melihat bagaimana situasi ini berkembang.
Rebecca kembali mengeluarkan tawa kecil sambil menggoda Arion, tangannya dengan cepat mencoba menyentuh pundak pemuda itu lagi. Tapi kali ini, Arion bergerak cepat, menangkap tangan Rebecca sebelum gadis itu sempat menyentuhnya.
Arion menatap Rebecca dengan tatapan tajam, mencoba menjaga suaranya tetap tenang meskipun nada iritasi mulai muncul. "Rebecca, lo terlalu dekat," ucapnya dengan tegas, tangannya masih menahan pergelangan tangan gadis itu agar tidak menyentuhnya lagi.
Namun, Rebecca sepertinya tidak mendengar atau sengaja mengabaikan kata-kata Arion. Dia justru semakin mendekatkan tubuhnya, senyumannya semakin lebar. "Ayolah, Arion. Kita kan teman. Apa salahnya bersikap sedikit lebih dekat?" katanya dengan suara lembut, nyaris berbisik di telinga Arion.
Liona, yang menyaksikan adegan itu dari atas, merasa panas. Amarahnya membara melihat betapa Rebecca tampak menikmati situasi itu dan berusaha keras untuk mendapatkan perhatian Arion. Sudah cukup. Tidak ada lagi alasan untuk diam saja.
Dengan langkah tegas, Liona menuruni tangga, matanya tertuju pada Arion dan Rebecca. Ia memutuskan untuk membuat kehadirannya terasa tanpa harus berbuat terlalu jelas. Mendekati kelompok yang sedang duduk di sofa ruang tamu, Liona sengaja berjalan di depan Arion, langkahnya cepat dan sedikit gegabah.
Saat mendekati Arion, Liona berpura-pura tersandung dengan canggung, menyebabkan tubuhnya terhuyung ke depan dan jatuh langsung di pangkuan Arion.
Arion terkejut dan reflek menangkap Liona agar tidak jatuh lebih jauh, wajahnya menyiratkan kebingungan bercampur dengan keterkejutan. "Liona?" Arion bertanya, mencoba memahami apa yang baru saja terjadi.
Liona mengangkat wajahnya dan menatap Arion dengan ekspresi yang setengah meminta maaf, setengah menggoda. "Maaf, gue sengaja," katanya.
Liona tersenyum tipis setelah mengatakan bahwa tindakannya barusan memang disengaja. Dia tahu betul apa yang dia lakukan dan mengapa dia melakukannya. Dengan berani, dia membiarkan tubuhnya tetap berada di pangkuan Arion, tanpa sedikit pun niat untuk segera bangkit.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI SANG KETUA
Fantasy❝Diam menjadi misterius, bergerak menjadi serius.❞ -Liona Hazel Elnara Peringkat Mengesankan: #1 in mafia [18 Agustus 2024] #1 in fantasi [21 Agustus 2024] #1 in misteri [27 Agustus 2024] #1 in thriller [27 Agustus 2024] #1 in teka-teki [28 Agustus...