TSK-36

60.5K 3.3K 136
                                    

Tepat janji nihhh, vote yaa!! Jangan lupa komennnnnn

"Kami sudah mendengar banyak tentangmu."

Liona menelisik penampilan pria itu dengan wajah dingin. Ujung bibirnya tertarik keujung membentuk seringai membuat beberapa orang disana menyadarinya. Termasuk pria yang bertanya tadi.

"Mendengar dari kakekku ya?" tanya Liona balik. Nada suaranya terdengar memancing.

"Ya, itu benar."

Liona menatap pria itu tanpa berkedip. Matanya menatap datar. "Siapa kalian semua, dan apa yang kalian inginkan dariku?" tanyanya langsung, tanpa basa-basi.

Pria itu tersenyum tipis. "Kami adalah bagian dari organisasi yang terlibat dalam 'Program Alitzir'. Dan kami ingin menawarkan sesuatu yang tidak bisa kau tolak."

Liona mengangkat alis. "Dan apa itu?"

Pria itu melirik Gibran sekilas sebelum kembali menatap Liona. "Kekuatan, kendali, dan kesempatan untuk menjadi bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar dari dirimu sendiri. Namun, itu semua tergantung pada pilihanmu," jelasnya sambil mengangkat dokumen tebal yang ada di atas meja.

Liona mendengar dengan tenang, namun setelahnya dia tersenyum tipis. "Dan jika aku menolak?" tantangnya.

Pria itu tertawa kecil, suaranya rendah dan sedikit mengejek. "Menolak bukanlah pilihan di sini, Liona. Kau sudah terlalu jauh untuk mundur sekarang."

Liona merasakan amarah mendidih di dalam dirinya, tapi dia menahannya, memilih untuk tetap tenang. "Baiklah," katanya akhirnya, menatap pria itu dengan tajam. "Beri tahu aku lebih banyak tentang tawaran kalian ini. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya kalian inginkan dariku."

Pria itu mengangguk. "Sebelumnya, biarkan yang lain ikut masuk!" ucapnya kepada penjaga didekat pintu.

"Baik tuan!"

Pintu terbuka, beberapa orang masuk hingga berdiri mengelilingi ruangan. Mereka berdiri di sekitar meja.

Dan diantara mereka, Liona sangat mengenal salah satu wajah yang ada disana.

Tangan Liona terkepal. Tatapan datarnya bertumpu dengan tatapan dingin milik lelaki itu.

Ketegangan di ruangan itu meningkat seiring dengan kehadiran orang-orang baru yang masuk, terutama dengan kemunculan Damian Alanrion, atau lebih dikenal Liona sebagai Arion. Mata Liona membelalak sebentar, lalu kembali menyipit, menahan amarah yang sudah mulai menggelora dalam dadanya.

Arion, dengan ekspresi wajah yang datar dan tanpa emosi, melangkah ke depan dan berdiri di samping pria yang sedang berbicara dengan Liona tadi. Liona tidak bisa tidak merasakan ada sesuatu yang aneh tentang Arion, sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

Pria itu, yang jelas merupakan pemimpin dari kelompok ini, mengangkat tangannya, dan semua orang di ruangan itu menjadi diam. "Baiklah," katanya, suaranya tegas. "Kita di sini untuk memastikan bahwa Liona memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang diharapkan dari dia."

Liona mengalihkan pandangannya dari Arion ke pria itu. "Katakan padaku," ucapnya dengan suara yang dingin. "Apa yang sebenarnya kalian inginkan dariku? Mengapa aku harus menjadi bagian dari rencana gila kalian ini?"

"Kamu pintar Liona, karna itulah kakekmu Gibran Frederick mempercayakannya kepada kami."

Liona mengangguk.

"Kau juga memiliki potensi yang kuat. Kami bisa saja menempatkanmu di posisi tertinggi kelompok ini."

Liona mengerjap. "Benarkah?"

TRANSMIGRASI SANG KETUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang