TSK-20

87.8K 4.5K 33
                                    

Vote duluuuuuuuuuuu!!🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏

Liona menahan nafas berusaha menggerakkan kakinya untuk bangkit dari tubuh Arion. Entah apa yang terjadi pada tubuhnya hingga sakit seperti ini. Mungkin efek dari olahraganya tadi juga pertarungan dengan 3 pria anak buah Arion dan Arion itu sendiri.

Jiwanya tidak lelah tapi tubuhnya lebih dari kata kelelahan sekarang. Liona tak ingin menyangkal jika tubuh ini masih memerlukan latihan lebih.

"Liona," desis Arion ketika Liona terus bergerak gelisah.

Liona menatap Arion. "Iya.."

Arion menghela napas, kemudian mendekatkan wajahnya ke telinga Liona, suaranya berbisik. "Gue minta maaf jika tindakan gue terlalu berlebihan tadi."

"Hm."

Arion merasakan tubuh Liona perlahan tenang. "Jangan panik. Gue bantu lo," katanya sambil berusaha mengatur posisi mereka agar lebih nyaman. Dia perlahan merangkul Liona, memindahkan berat tubuhnya dari tubuhnya sendiri.

"Pesenin gue taxi, tolong." pinta Liona.

"Bisa jalan ke bawah?"

Liona mengangguk. "Sedikit, tapi bisalah."

"Yaudah."

***

Liona berjalan memasuki rumah megah didepannya dengan kaki pincang. Gadis itu mendongak menatap bintang-bintang bertaburan seperti salju. Sangat indah, berbanding terbalik dengan keadaan hatinya.

"Liona!" panggil seseorang seraya berlari menghampirinya.

"Bang Rafan!" Liona menyambut kedatangan kakaknya itu dengan senyuman.

"Kamu dari mana saja?" tanyanya dengan nada khawatir.

Liona tertawa dalam hati. Ternyata masih ada tempatmu untuk pulang Liona. "Abis joging sore, tapi keseleo jadi terlambat pulang."

"Udah makan?" tanya Rafan merangkul adiknya itu.

Liona menggeleng pelan. Jangankan memikirkan untuk makan, keselamatannya saja tidak dia pikirkan sekarang.

"Ayo masuk, abang beliin kamu donat pas pulang tadi."

Liona mengangguk. "Yang lain udah pada tidur ya?"

Rafan mengangguk. "Bunda sama papa udah tidur daritadi, Adera juga. Cuma kakak-kakak kamu aja yang masih terjaga gara-gara kamu terlambat pulang."

Liona tertegun. "Padahal nggak ditungguin juga gapapa.." katanya pelan.

Rafan mendengus kemudian mengusap rambut Liona. "Naluri kakak kandung itu erat, Liona. Mana bisa kami tenang-tenang saja sedangkan kabar kamu nggak ada sama sekali."

Liona terdiam kemudian mendongak melihat langit yang mulai mendung. Senyum tipis terbit di bibir itu.

Hey Liona, liat nggak? Kamu dengar tidak? Mereka mengkhawatirkanmu! batin gadis itu.

"Lio minta maaf ya, terbiasa sendiri jadi nggak tau arti dikhawatirkan."

"Kamu tidak bersalah sama sekali, abang mohon jangan katakan itu lagi."

Liona mengangguk. "Abang Alden sama Arka mana?"

"Di dalam, mereka nungguin kamu."

Hingga akhirnya mereka sampai di ruang keluarga dimana disana ada Alden dan Arka menatap kearah televisi yang menampilkan film action.

"Asik banget kayaknya," Liona ikut bergabung diantara keduanya.

"LIO!!" seru Alden dan Arka bersamaan kemudian berhamburan kepelukan Liona.

TRANSMIGRASI SANG KETUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang