TSK-51

50.7K 2.9K 299
                                    

Jangan jadi silent readers yaa🖤 vote dan juga spam komen...

Liona berjalan mendekati Reina yang masih terengah-engah di pinggir kolam. Langkahnya mantap, wajahnya menunjukkan ketenangan yang menyeramkan. Dia berjongkok tepat di depan Reina, menatapnya dengan pandangan yang dingin.

Reina yang merasa cemas dengan pendekatan Liona hanya bisa menatapnya dengan mata membelalak.. Namun, sebelum dia sempat bereaksi lebih jauh, Liona mengulurkan tangannya dengan cepat, meraih leher Reina dan mengunci jari-jarinya di sela-sela belakang telinganya.

Srettt

Reina terkejut dan berusaha melepaskan diri, tapi Liona mempererat cengkeramannya. Tanpa banyak kata, Liona menancapkan kukunya ke belakang telinga Reina dengan kekuatan yang cukup untuk menembus kulit. Rasa sakit yang tajam dan menusuk segera menguasai Reina, membuatnya berteriak kesakitan.

"Aaaarghhh! Lepasin!" jerit Reina, suaranya bergetar di antara rasa sakit dan ketakutan.

Liona hanya tersenyum, menikmati momen itu. Dia menatap Reina yang merintih, melihat darah mulai mengalir dari luka di belakang telinga gadis itu, menodai jari-jarinya.

"Lo tahu, Reina?" kata Liona dengan nada rendah namun mengintimidasi. "Lo suka main kasar, tapi lo gak pernah siap nerima balasannya."

Reina hanya bisa menggertakkan giginya menahan sakit. Dia tidak tahu harus berbuat apa selain berharap seseorang datang membantunya. Anak buahnya yang lain hanya berdiri terdiam, terlalu takut untuk mendekat.

Liona melepaskan cengkeramannya perlahan, membiarkan Reina terjatuh kembali ke tanah dengan napas terengah-engah. Dia menatap jari-jarinya yang berlumuran darah dengan ekspresi puas, lalu mengusapnya di baju Reina dengan santai, seolah membersihkan kotoran dari tangannya.

"Sekarang dengarkan baik-baik, Reina," lanjut Liona, suaranya tegas dan dingin. "Ini peringatan. Jangan pernah ganggu orang yang lebih lemah lagi, atau gue nggak akan sebaik ini lain kali."

Reina mengangguk cepat, masih terkejut dan kesakitan. Dia merasa malu, ketakutan, dan marah sekaligus, tapi dia tahu bahwa tidak ada yang bisa dia lakukan saat ini. Liona telah. menempatkannya di posisi yang sangat memalukan, dan dia harus menerima kenyataan itu.

Liona berdiri dan melangkah menjauh, meninggalkan Reina yang masih tergeletak di tepi kolam dengan tubuh gemetar. Sementara itu, para siswa yang menyaksikan kejadian tersebut tampak terkejut dan terdiam, tidak ada yang berani mendekati atau mengucapkan sepatah kata pun.

Liona berjalan dengan tenang ke arah gedung sekolah, namun langkahnya terhenti ketika matanya menangkap lensa CCTV yang mengikutinya. Gadis itu menyeringai kemudian menunjukkan jari tengahnya.

"Kau lihat itu, sayang?" kata Liona pelan.

Sementara Reina tetap terbaring di tanah, terisak pelan dengan mata menatap kosong ke depan. Ini adalah momen yang akan diingat semua orang, saat Ratu Bully sekolah ini dipermalukan di depan semua orang oleh Liona yang tak terduga.

***

Liona menaiki tangga menuju rooftop sekolah dengan langkah yang mantap. Setibanya di atas, dia langsung menuju gudang yang terletak di pojokan.

Liona membuka pintu gudang dan segera mengunci pintunya kembali setelah masuk. Ruangan itu gelap, hanya diterangi oleh cahaya yang masuk melalui jendela kecil di sudut atas. Di dalam, Arion duduk santai di depan komputer tua yang sudah berdebu, namun masih berfungsi dengan baik. Dia memutar kursinya saat mendengar langkah Liona mendekat, membuat mereka sekarang saling berhadapan.

Liona tersenyum melihat Arion. Tanpa sepatah kata pun, Arion meraih tangannya perlahan dan mulai membersihkan darah di jari-jarinya dengan tisu basah yang sudah dia siapkan. Sentuhan lembutnya kontras dengan situasi kasar yang baru saja terjadi di kolam. Arion membersihkan darah dengan telaten, memastikan setiap noda hilang dari tangan Liona.

TRANSMIGRASI SANG KETUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang