TSK-32

74.8K 4.3K 140
                                    

⚠Kalau vote dan komennya udah 100 aku bakal double up

Kabar Selina masuk rumah sakit gempar di seluruh warga sekolah. Banyak desas-desus mengalir bebas setelah ditemukannya Selina tak berdaya di gudang sekolah.

Liona berjalan dengan tenang di koridor sekolah, mendengar bisikan-bisikan penuh kekhawatiran dan keheranan dari para siswa. Mereka berbicara tentang Selina yang ditemukan tak berdaya di gudang sekolah pagi ini. Beberapa berspekulasi bahwa Selina diserang seseorang, sementara yang lain menduga dia mungkin jatuh dari tangga gudang yang licin.

Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang menyadari siapa sebenarnya pelaku dari semua itu. Tidak ada yang tahu bahwa Liona, yang saat ini berjalan di antara mereka dengan wajah datar, adalah orang yang bertanggung jawab atas nasib Selina.

Liona mendengar semua rumor itu dengan telinga yang tajam, tetapi wajahnya tetap tenang, tidak menunjukkan sedikit pun kegelisahan.

"Lo dengar? Selina sampai nggak sadar, katanya sih gara-gara luka di kepalanya parah banget," kata seorang siswi kepada temannya saat Liona melewati mereka.

"Ya ampun, gimana bisa ada yang tega kayak gitu, ya? Siapa, sih, yang berani ngelakuin itu?" temannya menambahkan, nada suaranya bercampur antara ketakutan dan penasaran.

"Gue dengar Selina hampir mati. Bayangin aja, ditemukan di gudang dengan luka di kepala. Siapa yang tega coba?" seorang siswa berbisik penuh ketakutan kepada temannya.

"Ini pasti ada hubungannya sama musuh bebuyutannya," kata siswa lain, mencoba menjadi detektif dadakan. "Mungkin dia punya musuh rahasia yang akhirnya balas dendam."

Liona hampir ingin tertawa mendengar teori-teori tak berdasar itu. Orang-orang ini benar-benar tidak tahu apa-apa.

Bagaimana mungkin mereka memahami bahwa apa yang terjadi pada Selina bukan sekadar kecelakaan atau balas dendam murahan? Ini adalah hasil dari sebuah rencana yang matang, sebuah langkah catur dalam permainan yang lebih besar. Selina hanya satu bagian dari strategi yang lebih luas, dan Liona adalah orang yang memegang kendali penuh atas papan catur itu.

"Kalian tahu nggak, sih, Selina itu banyak musuhnya. Dia kan sering banget nyakitin orang lain," kata seorang siswi yang tampak penuh keyakinan, seolah-olah dia tahu persis apa yang terjadi.

"Iyaa, tapi tetap aja, cara kayak gini tuh nggak manusiawi," temannya membalas, suaranya bergetar antara takut dan marah. "Siapa pun yang ngelakuin ini pasti orang yang nggak punya hati."

Liona memperhatikan setiap reaksi, setiap komentar yang keluar dari mulut para siswa. Mereka berbicara seolah-olah tahu segalanya, padahal mereka bahkan tidak tahu sedikit pun tentang motif sebenarnya di balik serangan itu.

Liona hanya menyeringai kecil dalam hati mendengar komentar mereka. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam gudang itu.

Langkah Liona berhenti sejenak ketika dia melihat ke arah sekumpulan siswa yang berkumpul di depan papan pengumuman.

Mereka berbicara dengan suara rendah, jelas-jelas sedang membahas kabar terbaru itu. Liona mendekat, pura-pura penasaran seperti yang lain. Matanya menangkap selebaran yang ditempel di papan pengumuman, mengumumkan bahwa pihak sekolah akan menyelidiki kejadian tersebut dengan serius.

Liona mengerutkan kening, berusaha menahan tawa yang hampir saja keluar dari bibirnya.

"Semoga berhasil," pikirnya sinis, sadar bahwa dia telah menutup semua celah yang mungkin membawa mereka padanya.

Saat bel tanda masuk berbunyi, Liona beranjak pergi menuju kelasnya dengan langkah ringan. Tak ada yang menyadari, tak ada yang curiga. Hanya dirinya yang tahu, dan itu cukup membuat Liona merasa puas. Rencana besarnya masih berjalan sesuai harapan.

TRANSMIGRASI SANG KETUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang