TSK-11

101K 5.5K 30
                                    

Vote dulu yaa!!

Liona kembali menginjak lingkungan sekolah. Tentunya dengan pandangan merendahkannya. Gosip dirinya di usir dari keluarga membuatnya dijauhi oleh beberapa siswa.

Gadis itu terkekeh. Sejak kapan juga mereka dekat denganku?

"Eh lo bener-bener di usir ya sama Ayah lo?" tanya seorang gadis mendekat kearah Liona. Sepertinya dia baru saja sampai sama sepertinya.

Liona hanya meliriknya. "Kenapa?"

"Maaf ya kalau nyinggung lo, soalnya Ilona keliatan bahagia banget." katanya. "Sebelumnya gue Rin, sekelas lo."

Liona mengangguk. "Sorry, gue nggak begitu merhatiin teman sekelas gue," katanya dengan datar.

"Gue tau kok, lo anaknya terkenal cupu di kelas. Setiap ada pertemuan sekelas di luar cuma lo yang nggak hadir," kata Rin.

"Kalian emang nggak ngundang gue." kata Liona menatap Rin sinis.

"Di grup kelas ada kok."

"Kalian nggak masukin gue."

"Lo aja yang nggak mau masuk." Rin melenggang menjauh. Liona tertawa.

***

Di kelas Liona memandang papan tulis tanpa minat. Pikirannya melayang entah kemana. Bosan sekali rasanya tak memiliki teman. Namun apa boleh buat, tanpa teman pun dia bisa melakukan apapun.

Gadis itu menerima kiriman cctv dari Arion dimana disana ada Ilona dan Reina yang sedang membully dirinya beberapa bulan yang lalu.

Tatapan Liona menajam, ini Liona yang dulu sebelum dirinya. Dia memperhatikan semuanya. Rambut panjang Liona ditarik paksa kemudian menyeretnya ke kolam.

"Tolong!!"

"Tahan kepalanya!"

"Dia bisa mati tolol!" itu suara Reina yang melarang Ilona untuk menekan kepala Liona kedalam air.

Liona menaikkan alisnya sebelah merasa tertarik. Pantas saja di kepalanya terdapat luka. Penyebabnya adalah benturan di sisi kolam.

"Dia nggak gerak?"

"Kita tinggalkan aja!" saran Ilona.

Mereka benar-benar pergi. Namun yang membuat Liona bingung siapa yang menyelamatkan saat itu. Tidak mungkin juga dirinya sendiri karna terlihat dia pingsan disana dengan darah bercucuran dari kepala.

Cctv berdurasi 6 menit itu tidak memperlihatkan siapa yang menyelamatkannya.

Dengan tanpa pertimbangan, Liona menekan share di video itu hingga terkirim ke media sosial. Dia menantikan siksaan batin Ilona. Dia ingin menghancurkannya.

"Kamu yang di belakang!" Liona menatap Bu Arum. Gadis itu menghela nafas panjang.

"Maaf bu." Liona sadar dia salah telah mengabaikan guru itu.

"Keluar!"

Liona hanya mengangguk kemudian berjalan keluar. Namun sebelum itu Bu Arum berkata yang membuat tatapan Liona menajam kala mendengarnya.

"Pantas saja Ayahmu mengusirmu dari rumah, sikapmu sama sekali tidak mencerminkan keluarga Abigail." Kata Bu Arum menatapnya sinis. "Apa jangan-jangan kau bukan bagian dari mereka? Kau seperti anak panti asuhan, Liona." lanjutnya membuat Liona menatapnya nyalang.

"Apa menurut ibu, sikap anda ini mencerminkan sikap seorang guru?" balas Liona.

"Jaga ucapanmu!"

"Apa jangan-jangan ibu menjadi guru dengan bantuan orang dalam?"

TRANSMIGRASI SANG KETUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang