Vote duluuuu
Liona sampai di rumah Gibran. Rautnya semakin datar, dia masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu.
"Liona-"
"Cepat katakan!" Liona memotong ucapan Gibran.
Gibran terdiam sejenak kemudian mengangguk. "Bukan disini, kau harus ikut kakek."
"Baiklah!"
Akhirnya mereka menaiki sebuah mobil dengan sopir yang mungkin daritadi sudah bersiap disana.
Setelah beberapa jam perjalanan yang panjang dan membosankan, mobil hitam yang membawa Liona, Gibran, dan seorang supir berpakaian serba hitam akhirnya berhenti. Liona yang sudah hampir tertidur terbangun ketika merasakan mobil melambat. Dia menatap keluar jendela dan melihat bahwa mereka telah tiba di sebuah tempat terpencil, jauh dari keramaian kota.
Liona memandang Gibran dengan mata menyipit curiga. "Kenapa kita harus ke tempat sejauh ini, Kek?" tanyanya, nada suaranya jelas penuh dengan ketidakpercayaan. "Apa yang sebenarnya ingin Kakek tunjukkan ke aku?"
Gibran menatap Liona sejenak sebelum menjawab, suaranya tenang namun tegas, "Tempat ini memang jauh, cucuku. Kakek butuh memastikan bahwa kita berada di tempat yang aman untuk berbicara. Ada hal-hal yang tidak bisa kakek katakan di sembarang tempat."
Liona mengerutkan kening, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Namun, dia memilih untuk tidak berdebat lebih lanjut. Dia mengangguk perlahan, mencoba menekan perasaannya yang campur aduk antara rasa penasaran dan kecurigaan. "Baiklah," jawabnya singkat. "Aku harap perjalanan ini sepadan dengan apa yang Kakek mau bicarakan."
Gibran hanya mengangguk kecil, lalu membuka pintu mobil dan keluar, memberi isyarat pada Liona untuk mengikutinya. Liona keluar dari mobil dan melihat sekeliling. Mereka berada di depan sebuah rumah besar bergaya klasik yang tampak seperti sudah lama ditinggalkan.
"Liona, mari masuk," kata Gibran sambil berjalan menuju pintu utama rumah itu, sementara Liona mengikutinya dengan tenang.
Di dalam rumah, suasananya gelap dan sedikit berdebu. Suara langkah mereka bergema di lantai kayu tua yang berderit. Liona bisa merasakan ada sesuatu yang misterius tentang tempat ini. Dan entah kenapa, dia merasa ini semua berkaitan dengan program yang disebut Leo sebagai 'Program Alitzir'.
"Kamu istirahat dulu."
Liona melirik Gibran. "Apa selanjutnya masih ada perjalanan?"
"Iya, kita masih separuh jalan."
"Lebih tepatnya kemana kita akan pergi?" tanya Liona.
"Kamu istirahat saja dulu, kakek ke atas dulu."
"Hm, oke." Liona jelas tau hal apa yang kini menantinya.
Ponselnya berdering. Dia melihat Gibran dan sopirnya tadi sudah meninggalkannya.
Leo: dimana nona sekarang?
Liona: jauh dari kota.
Leo: bersama siapa?
Liona: gibran frederick, kenapa? Apa ada informasi tentang Arion dan program itu kau dapatkan?
Leo: tentang program Alitzir nona.
Liona: katakan.
Leo: jadwalnya berubah, mereka mempercepat programnya. Rencana awal mereka akan mengambil nona pada saat nona sudah dewasa dibatalkan karna ada pergerakan dari kelompok lain yang memiliki potensi bahaya...
Liona: saya sudah menyadarinya, trimakasih Leo.
Leo: tentang Arion masih samar nona, informasinya dilindungi
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI SANG KETUA
Fantasy❝Diam menjadi misterius, bergerak menjadi serius.❞ -Liona Hazel Elnara Peringkat Mengesankan: #1 in mafia [18 Agustus 2024] #1 in fantasi [21 Agustus 2024] #1 in misteri [27 Agustus 2024] #1 in thriller [27 Agustus 2024] #1 in teka-teki [28 Agustus...