TSK-48

45.7K 2.3K 194
                                    

Follow ig @wiwirmdni21
Selamat membaca!

Dalam ketidakberdayaan yang menyambutnya bersama kegelapan yang tiada tara. Ilona merasa bayangan putih tertangkap oleh indranya.

Ilona terengah-engah, menarik napas dalam-dalam saat kepalanya berhasil muncul di permukaan air. Dia terbatuk, mengeluarkan air yang sempat masuk ke dalam paru-parunya, dan merasakan dingin yang merayap ke seluruh tubuhnya. Dia terengah-engah, mencoba memfokuskan pandangannya yang kabur akibat air mata dan air sungai.

"Lo… lo gila!" teriak Ilona di antara napasnya yang tersengal-sengal. Tangannya gemetar, berusaha menjaga tubuhnya tetap tegak di tepi sungai yang licin.

Liona hanya menatapnya dengan tatapan dingin dan tanpa ekspresi. "Gue belum selesai sama lo, Ilona." Suaranya tetap datar, namun ada kekejaman yang tersembunyi di dalamnya.

Ilona mendengar suara-suara aneh di sekelilingnya. Suara-suara itu terdengar seperti bisikan-bisikan yang memanggilnya, merayap di pikirannya seperti belati tajam yang menggores kewarasannya.

'Kamu harus mati, Ilona…'

'Kamu harus sengsara…'

'Kamu harus gila…'

Suara-suara itu terdengar lembut namun penuh ancaman, mirip dengan suara Liona yang dulu, sebelum perubahan besar ini.

"Diam! Diam!" Ilona berteriak lagi, menutup telinganya dengan kedua tangan. Namun suara-suara itu tidak berhenti, malah semakin menguasai pikirannya, mengisi setiap sudut dengan ketakutan dan keputusasaan.

'Kenapa Ilona? apa kau takut sekarang?'

'Ayo mati bersama...'

'Setidaknya kamu harus gila...'

Melihat reaksi Ilona, Liona sedikit menunduk, mendekatkan wajahnya ke arah Ilona yang ketakutan. "Gue bisa bikin lo lebih sengsara daripada ini," bisik Liona dengan suara pelan namun penuh ancaman. "Lo akan berharap untuk mati, tapi gue nggak akan kasih lo kemewahan itu."

Ilona mencoba melawan ketakutan yang menggerogotinya. "Lo… lo nggak bisa ngelakuin ini sama gue," katanya lemah, matanya bergerak liar mencari cara untuk melarikan diri.

Liona hanya tersenyum sinis. "Lo nggak punya pilihan, Ilona. Lo harus ngerasain apa yang gue rasa dulu. Lo harus tahu gimana rasanya ketika semua orang yang lo percaya tiba-tiba berbalik menjadi musuh lo."

Ilona merasa tubuhnya mulai kehilangan tenaga, kelelahan menguasainya. Suara-suara itu masih berbisik di telinganya, seolah-olah mereka adalah hantu masa lalunya yang menuntut balas. Matanya melirik Liona dengan ketakutan. "Apa yang lo mau dari gue?" tanyanya putus asa, suaranya bergetar.

Liona mengangkat bahu. "Gue cuma mau lo menderita, Ilona. Sama kayak lo bikin gue menderita dulu."

Setelah berkata begitu, Liona melepaskan cengkeramannya dari Ilona. Ilona terjatuh ke tanah, tubuhnya bergetar dan air mata mengalir di wajahnya. Dia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Rasa takut yang mendalam mencengkeram hatinya, dan suara-suara itu terus berbisik, semakin keras dan semakin jelas.

Liona mundur beberapa langkah, masih menatap Ilona dengan mata dingin. "Ingat ini, Ilona. Setiap kali lo merasa tenang, setiap kali lo merasa aman, ingatlah bahwa gue selalu ada. Gue selalu akan datang buat lo."

Ilona hanya bisa menangis, terisak-isak di tanah yang dingin. Dia tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi setelah malam ini. Liona, atau Stella, siapa pun dia sekarang, telah menghancurkan segala rasa aman yang pernah dia miliki.

Liona berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan Ilona sendirian di tepi sungai yang gelap dan sepi. Langkahnya mantap dan tenang, seolah-olah dia baru saja melakukan sesuatu yang sepele. Sementara itu, Ilona terus terisak, tubuhnya menggigil karena ketakutan dan dinginnya malam. Suara-suara itu tidak berhenti, dan dia tahu bahwa bayangan Liona akan terus menghantui mimpinya selamanya.

TRANSMIGRASI SANG KETUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang