TSK-46

53.7K 2.6K 170
                                    

Vote duluuuu, follow instagram @wiwirmdni21

Liona menahan napas ketika Arion tiba-tiba menarik tangan kanannya yang tidak terluka dan meraih tengkuknya dengan tegas. Dengan cepat, dia membalas aksi Liona dengan sebuah ciuman yang intens dan dalam. Suasana ruangan yang sudah tegang menjadi semakin hening.

Arion memperdalam ciumannya, membuat Liona terkejut. Dia tahu betul bahwa Arion tidak suka dengan permainan seperti ini. Namun, kali ini, dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menggodanya. Reaksi Arion yang spontan membuat Liona merasa darahnya berdesir, namun dia tidak akan mundur. Sebaliknya, dia justru tersenyum di sela-sela ciuman mereka, membuat Arion berdesah frustasi.

Akhirnya, Arion menarik diri, wajahnya mendekat ke telinga Liona, dan dia berbisik pelan, "Kamu pikir aku bakal biarin kamu menang?" Liona bisa merasakan nafas hangat Arion di kulitnya, membuatnya semakin sadar akan kehadiran Arion yang begitu dekat.

Liona menyeringai, menatap Arion dengan tatapan menantang. "Kamu cukup pengalaman, belajar darimana?"

Arion menatap wajah Liona. "Tidak seharusnya kamu bertanya hal seperti itu kepada laki-laki, Hazel."

Liona terdiam sejenak, terkejut dengan jawaban Arion yang begitu tenang. Tatapan Arion tetap tajam, namun ada sedikit senyum di sudut bibirnya, membuat Liona bingung apakah dia sedang bercanda atau serius. Arion mendekatkan wajahnya lagi, mata mereka bertemu dalam jarak yang begitu dekat, membuat jantung Liona berdebar semakin kencang.

Arion menghela napas pelan, seolah mencoba menenangkan diri, namun suaranya tetap tegas ketika berbicara. "Kamu tahu, Liona, hal-hal seperti ini... ciuman, sentuhan... sering kali di luar kendali pria. Ada sesuatu yang primal di dalam diri kami, naluri yang memang seperti itu. Kadang, hanya butuh satu dorongan kecil, dan semua itu keluar dengan sendirinya."

Liona menelan ludah, tidak yakin bagaimana harus merespons pernyataan Arion. Meskipun terkesan sederhana, kata-katanya terasa begitu mendalam dan jujur. Ada sesuatu dalam tatapan Arion yang membuatnya. merasa seolah sedang dibaca, dan itu membuatnya tidak nyaman, tapi di saat yang sama, juga menantang.

"Jadi, kamu bilang ini semua cuma naluri?" tanya Liona pelan, suaranya sedikit bergetar. "Kamu nggak punya kendali atas diri kamu sendiri?"

Arion tertawa kecil. "Bukan berarti aku nggak punya kendali sama sekali. Tapi kadang... di depan kamu, semua kendali itu terasa lebih sulit. Aku nggak bisa pura-pura tenang atau biasa aja. Kamu bikin semuanya jadi... berbeda."

Liona menatap Arion, bibirnya terbuka sejenak namun tak ada kata yang keluar. Dia bisa merasakan kejujuran Arion dan itu membuatnya merasa sedikit gentar.

Di satu sisi, dia ingin terus menggoda Arion, melihat sejauh mana dia bisa mendorong pria itu. Namun di sisi lain, dia merasakan sesuatu yang lebih dalam berkembang di antara mereka, sesuatu yang lebih dari sekadar permainan.

Arion melihat perubahan di mata Liona, dan dia mengendurkan sedikit pegangannya di tengkuk Liona, membiarkan jari-jarinya meluncur perlahan ke rambutnya. "Aku nggak tahu apa yang kita punya sekarang ini, tapi aku tahu satu hal," lanjutnya dengan suara lembut, "kamu nggak bisa terus-menerus mempermainkan aku, Hazel. Karena cepat atau lambat, aku akan balas dengan caraku sendiri."

Liona merasa darahnya menghangat, bukan hanya karena sentuhan Arion yang lembut, tetapi juga karena kata-katanya yang mengandung tantangan terselubung. "Ya, dan gue suka balasannya." balasnya, dengan senyum menggoda kembali menghiasi wajahnya.

Gadis ini nakal— Arion bergumam dalam hati.

Arion tersenyum, matanya berkilat dengan ketertarikan. "Sebaliknya, Liona. Justru kamu yang terlihat memiliki pengalaman tinggi."

TRANSMIGRASI SANG KETUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang