TSK-10

104K 5.8K 48
                                    

VOTE DULU YAA:)

"Kamu benar-benar di luar batas, Liona. Ayah sungguh kecewa." kata Hendra menatapnya dalam.

Liona menatapnya datar. "Gue nggak peduli, Lo gak punya hak buat kecewa,"

Ilona memeluk Ayahnya erat dengan tubuh bergetar. "Aku takut, Ayah."

Hendra menatap Liona kembali. "Jangan kembali ke rumah," Pria itu menunjukkan raut kecewa. "Kembali jika sikapmu membaik."

"Membaik? Sebaik apa? Sebaik dirimu begitu?" tanya Liona.

"Liona!" Bak Bisma menatapnya tajam. "Jaga ucapanmu!"

Liona mengabaikannya. "Justru kalian yang harus pergi dari rumah itu, kalian tidak punya hak sama sekali untuk mengusir,"

"Itu bukan milikmu lagi," kata Ilona keras. "Ayah telah mengganti rumah itu atas namaku!"

Liona mengerutkan dahinya. "Tetap tidak sah jika tak ada persetujuan langsung dengan yang asli,"

"Kakek sendiri yang mengurusnya untukku!!" bentak Ilona.

Liona tertawa tak menyangka. "Begitu ya?" gadis itu menyeringai. "Jadi kakek yang mengurusnya? Mungkin dia juga yang nyuruh kalian buat drama murahan kayak gini," Liona menatap mereka dengan penuh kebencian. "Jika kalian memang mau gantiin gue dan ngusir gue dari rumah, oke silahkan."

Hendra menatap putrinya dengan tatapan tajam. "Jadi kamu mau pergi begitu saja?"

"Tidak ada gunanya tinggal di rumah kecil seperti itu. Cocok dengan kalian tikus-tikus yang memang suka tempat sempit!"

"LIONAAA!!!" Hendra berteriak dengan wajah merah.

"Bagaimana? Masih ada yang harus dipertanyakan?" tanya Liona dengan nada menantang. "Kalau itu semua yang kalian mau, Gue pergi."

Nina menatap Liona dengan kemarahan yang meluap-luap. "Jangan sekali lagi datang ke rumah itu. Kamu nggak layak jadi bagian dari keluarga ini!"

Liona mengangkat bahu dengan acuh tak acuh. "Gue juga nggak mau jadi bagian tikus gorong-gorong kayak kalian."

la berdiri dengan gerakan mantap dan menatap Hendra dan Nina. "Gue bakal pergi dan nggak akan balik lagi. Kalau lo pada ngerasa rumah itu udah jadi milik lo, ya silakan aja. Gue bakal cari tempat gue sendiri di luar sana."

Sebelum ada yang sempat menanggapi, Liona keluar dari ruang BK dengan langkah tegas. Ketika dia melewati lorong sekolah, semua tatapan siswa yang penasaran tertuju padanya. Namun, Liona tidak peduli. Dia hanya fokus pada satu hal-meninggalkan semua kebohongan dan kepura-puraan yang selama ini mengikatnya.

Di luar sekolah, hujan mulai turun, namun Liona tetap melangkah tanpa ragu. Keputusan untuk pergi dari rumah yang selama ini penuh dengan konflik dan kemunafikan terasa seperti langkah yang tepat. Dia tidak akan membiarkan dirinya tertekan lebih jauh oleh keluarga yang tidak menghargainya.

"Awas hujan, nanti kedinginan." seseorang berkata dari belakang.

Liona berbalik kemudian mendapati seorang lelaki dengan seragam sekolah yang sama dengannya. "Sengaja, mau hujan-hujanan." balasnya.

"Tetap aja, lo kedinginan." Liona melirik name tag lelaki itu. Namanya Marvin.

Liona menghela nafas, dia mengangguk kemudian ikut berteduh didekat lelaki yang bernama Marvin itu. "Lo ikut liat ya tadi?"

Marvin menggeleng. "Cuma denger."

"Apa yang lo denger?"

"Lo diusir,"

TRANSMIGRASI SANG KETUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang