TSK-09

101K 6K 22
                                    

Aku mau kalian vote bab ini dulu terus follow ig aku @wiwirmdni21

Selamat membaca..

Hendra Pradiningrat memasuki ruang BK dengan langkah cepat dan wajah yang penuh kemarahan. Nina, istrinya, mengikutinya dengan tatapan cemas namun tetap menjaga sikap yang tenang.

"Liona!" teriak Hendra begitu masuk ke dalam ruangan. Suaranya memenuhi ruangan BK yang sepi itu.

Liona yang sedang duduk di depan meja BK mengangkat kepalanya perlahan. "Ayah.." balasnya dengan suara tenang. Tidak ada rasa takut dan menyesal di wajahnya.

"Apa yang terjadi, Liona? Apa yang telah kamu lakukan pada Ilona?" Hendra mendekati meja dengan langkah berat. Wajahnya merah padam karena amarahnya yang memuncak.

Liona tersenyum sinis. "Ilona? Oh, hanya sedikit interaksi sosial, Ayah. Dia hanya sedikit terganggu karena kebenaran."

"Jangan main-main, Liona!" Nina mencoba meredakan situasi, tetapi suaranya terdengar gemetar.

"Siapa juga yang main-main?" Liona meliriknya tajam.

Nina menatapnya nyalang. "Ilona itu adikmu, seharusnya kau bersikap baik padanya."

"Ilona bukan adik gue, gue anak terakhir. Lo ngerti Nina?" Liona menatap wanita itu tajam.

"LIONAAA!!!"

Plak

Hendra dengan emosi yang meluap menampar Liona kasar. Tanpa rasa kasihan, tangan besar itu dengan ringan terangkat hanya untuk melukai Liona.

"Bapak Hendra saya mohon untuk tidak bermain kasar.." kata Pak Bisma melerai.

Liona menatapnya nyalang. "Silahkan, kalau perlu pakai belati sekalian buat bunuh gue." kata gadis itu dingin.

"Sekarang, katakan padaku, Liona. Apa yang telah kamu lakukan?" Hendra mengulangi pertanyaannya dengan nada yang semakin meninggi.

Liona mengangkat bahu dengan santai. "Gue cuma ngasih tahu Ilona soal beberapa hal yang kayaknya dia lupa sampaikan ke Ayah."

"Apa maksudmu, Liona?" tanya Hendra dengan suara parau.

Liona menatap tajam ke arah Hendra. "Ayah tau, rahasia keluarga kita memang sangat menarik untuk dibahas."

Hendra mengerutkan kening, jelas bingung dengan apa yang dikatakan Liona. Nina mencoba memegang tangan Hendra, tetapi dia menepis dengan gerakan kasar.

***

Sementara itu, di ruangan tersembunyi Arion di dalam sekolah, dia duduk sendirian di depan layar monitor CCTV. Tampilan dari beberapa sudut sekolah memenuhi layar, termasuk ruang BK yang sedang dihadiri oleh Hendra, Nina, dan Liona.

Arion menatap layar dengan wajah datar, memperhatikan kejadian di ruang BK dengan seksama. Dia melihat bagaimana Hendra memasuki ruangan dengan ekspresi marah, diikuti oleh Nina yang cemas. Liona, duduk dengan tenang di hadapan meja BK, tampaknya tidak tergoyahkan oleh kemarahan Hendra.

Tiba-tiba, Hendra mengeluarkan teriakan keras yang terdengar dari layar.

Arion mengangkat alisnya sedikit, menunjukkan sedikit kekaguman akan keberanian Liona dalam menghadapi situasi sulit seperti ini.

Arion menyadari bahwa Liona adalah sosok yang tidak mudah ditebak, dengan kecerdasan dan ketegasannya yang membuatnya menonjol di antara siswa lainnya.

Meskipun tidak sepenuhnya setuju dengan cara Liona berurusan dengan masalah, Arion merasa tertantang oleh kompleksitas karakternya.

"Sama sekali tidak memiliki kesamaan dengan Ayahnya sendiri." kata Arion memperhatikan Hendra yang menampar Liona.

TRANSMIGRASI SANG KETUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang