TSK-39

64.9K 4.1K 183
                                    

Vote duluuuuuu

Liona dan Arion bertukar pandang sejenak, ketegangan di antara mereka terasa tebal. Suara tembakan yang terus terdengar dari lantai bawah mengganggu konsentrasi mereka. Liona mencoba menilai situasi, sementara Arion mengusap darah di ujung bibirnya, lalu menyeringai, seolah menikmati kegilaan yang terjadi di sekitarnya.

"Suara tembakan di lantai bawah?" tanya Liona dengan dahi berkerut. Rasa penasaran bercampur dengan ketidakpastian membuatnya semakin waspada.

Arion mengangguk, seringai lebar di wajahnya tidak hilang. "Sekarang kita hanya bisa fokus pada orang-orang yang ada di lantai ini," katanya dengan nada dingin.

Liona mengangguk setuju, tapi matanya. terus memperhatikan pintu masuk dan Jendela, bersiap untuk kemungkinan ancaman lainnya.

Suara tembakan dari lantai bawah semakin mendekat, dan beberapa detik kemudian, sebuah kelompok yang dipimpin oleh salah satu anak buah Arion muncul di pintu. Mereka menembak tanpa henti, dengan cepat menjatuhkan beberapa anggota Obsidian Cartel yang mencoba menyerang dari belakang.

"Liona, Arion!" salah satu dari mereka berteriak sambil menembakkan senjatanya ke arah musuh. "Kami berhasil tiba tepat waktu. Apa kalian baik-baik saja?"

Arion menyeringai lebih lebar lagi dan mengangguk. "Ya, kami baik-baik saja. Terima kasih sudah datang," jawabnya sambil menepuk bahu salah satu anak buahnya yang mendekat. "Kalian datang tepat waktu."

Liona melepaskan napas lega, melihat bala bantuan tiba di saat yang sangat dibutuhkan. Tatapannya beralih ke Arion, sedikit lega namun tetap tegang. "Kita harus menyelesaikan ini dengan cepat," katanya. "Aku tidak mau bertahan di sini lebih lama lagi."

Arion mengangguk. "Setuju. Kita akhiri saja ini sekarang."

Dengan bala bantuan dari anak buah Arion, mereka mulai bergerak lebih agresif. Liona, dengan dua pistolnya, bergerak cepat di antara reruntuhan. dan meja, melumpuhkan musuh yang tersisa dengan tembakan tepat sasaran. Dia menembak dengan ketepatan dan kecepatan yang luar biasa, tidak ada satu pun pelurunya yang meleset.

Anak buah Arion juga tidak kalah gesit. Mereka dengan cepat mengepung para anggota Obsidian Cartel yang tersisa, memastikan tidak ada jalan keluar bagi mereka. Suara tembakan semakin intens, tetapi mereka berhasil mengendalikan situasi dengan cepat.

"Bersihkan semuanya!" teriak Arion, memberikan komando kepada anak buahnya. "Jangan biarkan satu pun dari mereka lolos!"

Pertarungan berlanjut dengan cepat dan brutal. Beberapa anak buah Obsidian Cartel mencoba melawan, tetapi mereka kalah jumlah dan kalah taktik. Liona dan Arion bergerak dengan koordinasi yang sempurna, membunuh musuh dengan keahlian dan tanpa ragu.

Satu per satu, anggota Obsidian Cartel jatuh, hingga akhirnya hanya tersisa beberapa orang yang terpojok di sudut ruangan. Mereka terdiam, wajah mereka. penuh ketakutan dan putus asa, menyadari bahwa mereka tidak punya peluang untuk menang.

"Menyerah saja," kata Liona dengan suara rendah namun tegas, menodongkan pistolnya ke arah mereka. "Ini sudah berakhir."

Salah satu dari mereka, seorang pria dengan luka di lengannya, menatap Liona dengan mata penuh kebencian. "Kau akan membayar untuk ini!" teriaknya sebelum mencoba mengangkat senjatanya.

Namun, sebelum dia sempat menarik pelatuk, sebuah peluru dari pistol Liona menembus dadanya, membuatnya jatuh terkapar di lantai.

"Siapa lagi?" tantang Liona, suaranya dingin dan penuh kebencian.

Tidak ada yang menjawab. Anak buah Obsidian Cartel yang tersisa saling berpandangan, lalu dengan enggan menjatuhkan senjata mereka, menyerah tanpa perlawanan lebih lanjut.

TRANSMIGRASI SANG KETUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang