TSK-05

110K 5.7K 28
                                    

Vote dulu ya:)

Liona melangkah keluar dari ruang rawat, mencoba meredam emosi yang masih bergejolak di dadanya. Saat ia mencapai parkiran, langkahnya melambat, matanya menatap langit, mencoba mencari ketenangan.

Suara langkah kaki di belakangnya membuat Liona menoleh. Arion muncul, wajahnya tetap tenang seperti biasanya. Liona sedikit terkejut, namun ia segera menguasai dirinya.

"Lo baik-baik aja?" tanya Arion dengan suara datar, tanpa banyak ekspresi.

Liona mengangguk singkat, meski perasaannya jelas jauh dari 'baik-baik saja'. "Hm, gitu deh," jawabnya pendek.

Arion menyandarkan diri ke mobil terdekat, pandangannya melayang ke arah langit. Suasana canggung terasa di antara mereka, tapi Liona memutuskan untuk berbasa-basi.

"Lo sering ke sini ya?" tanya Liona sambil melirik Arion sekilas.

Arion hanya mengangkat bahu. "Kadang-kadang."

Liona mengangguk, mencoba menjaga percakapan tetap mengalir. "Kenal Alden darimana?"

"Sering ketemu pas acara besar perusahaan nyokab."

"Gitu ya.."

Arion meliriknya, tersenyum kecil, tapi tidak berkata apa-apa.

Liona menggigit bibirnya, memikirkan hal lain untuk dibicarakan. "Sorry ya, kalian temannya Alden jadi nggak nyaman karna gue,"

Arion mengangkat alis, sedikit terkejut dengan pertanyaannya. "Oke kok," jawabnya singkat, sambil tetap bersandar di mobil.

Liona tertawa kecil, "Lo sering ke rumah sakit ini ya?"

Arion tersenyum tipis, lalu menggeleng. "Gue bukan tipe orang yang sering ke dokter."

Liona mendesah pelan. "Ya, gue juga sih. Kalau nggak penting banget, mending nggak usah."

Percakapan mereka berhenti lagi, kali ini dengan keheningan yang lebih nyaman. Liona merasa bahwa Arion bukan orang yang suka banyak bicara, tapi ada sesuatu yang membuatnya tetap ingin berbicara dengannya.

"Lo kuliah kan? Lancar ga?" Liona mencoba lagi, berusaha agar suasana tidak terlalu kaku.

Arion mengangguk, pandangannya kembali menatap langit. "Ya, lumayan. Masih bisa di-handle."

Liona tersenyum. "Baguslah. Lo jurusan apa, sih?"

"IT," jawab Arion singkat.

Liona mengangguk-angguk, meski tidak terlalu paham tentang bidang itu. "Pasti lo suka banget ya ngoprek komputer atau semacamnya?"

Arion hanya mengangguk pelan, tanpa menambahkan banyak kata.

Liona merasa mungkin sudah waktunya untuk mengakhiri percakapan ini. "Ya udah, semoga lancar terus ya. Kuliah IT pasti nggak gampang."

Arion meliriknya, kali ini dengan sedikit senyum. "Makasih."

Mereka kembali terdiam, namun kali ini Liona merasa percakapan sudah cukup. Ia tidak ingin memaksakan obrolan lebih jauh, apalagi membuat suasana jadi canggung.

Liona masih berdiri di dekat Arion, merasa ada yang belum tuntas dari pembicaraan mereka. Ingatan tentang kejadian di sekolahnya beberapa malam yang lalu kembali terlintas di benaknya. Ia memutuskan untuk bertanya, meski ragu-ragu.

"Arion, gue mau nanya sesuatu," kata Liona dengan hati-hati.

Arion mengalihkan pandangannya ke Liona, menunggu dia melanjutkan.

"Kemarin malam, waktu gue terkunci di bilik toilet sekolah, lo yang bukain pintunya kan?"

Arion menganggukkan kepalanya pelan. "Iya, itu gue,"

Liona mengerutkan keningnya, bingung. "Tapi lo kan bukan siswa di sekolah itu. Kenapa lo bisa ada di sana tengah malam?"

Arion tampak tenang, dia menatap Liona dalam. "Itu bukan sesuatu yang harus lo tau, Liona."

Liona merasa penasaran. "Owh oke, tapi agak aneh aja sih."

Arion menatap Liona dengan tajam, tetapi ada kebingungan dan kekhawatiran di matanya. "Gue punya urusan sendiri di sana."

Liona terdiam sejenak, merasakan ada sesuatu yang serius di balik kata-kata Arion. "Apa lo ada masalah? Atau lo lagi ngelakuin sesuatu yang bahaya?"

Arion menghela napas panjang, tampak semakin tidak nyaman. "Gue nggak bisa jawab pertanyaan lo."

Liona merasa bingung dan cemas, tetapi ia memutuskan untuk tidak memaksa. "Oke, gue nggak akan nanya lagi. Tapi kalau lo butuh bantuan atau ada yang salah, gue harap bisa bantu lo sebagai balas budi gue."

Arion hanya mengangguk pelan. "Gue hargai itu, Liona. Tapi sekarang, lebih baik kita biarin masalah ini berlalu."

Mereka berdua berdiri dalam keheningan yang tegang. Liona merasa ada rahasia besar yang disembunyikan Arion, dan ia tidak tahu apakah harus khawatir atau mempercayainya. Namun, satu hal yang pasti, kehadiran Arion yang misterius membuatnya semakin tertarik dan ingin tahu lebih dalam.

"Thanks Ya, Arion. Buat semalam," kata Liona akhirnya.

Arion mengangguk lagi. "Sama-sama. Jaga diri lo baik-baik, Liona."

Dengan itu, mereka berdua berjalan ke arah yang berbeda. Liona kembali merasa ada banyak yang belum terungkap tentang Arion, tetapi ia memutuskan untuk memberi waktu dan ruang.

Toh pertemuannya dengan lelaki itu baru satu kali. Setidaknya secara resmi.

Liona tersenyum. "Menarik."

#Tbc

Follow ig: @wiwirmdni21
Follow akun ini ya

Vote dan spam komennyaa
10 like aku langsung up ya 🔥
#semangat ya

TRANSMIGRASI SANG KETUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang