Vote dan komen yaa
Setelah menghabiskan beberapa jam dalam permainan dan candaan bersama teman-teman Alden, Liona mulai merasakan kejenuhan. Meskipun awalnya menikmati kebersamaan dan keakraban yang tumbuh di antara mereka, perasaan bosan perlahan mulai menggelayuti dirinya. Dia merasakan lelah, bukan karena aktivitas fisik, melainkan karena suasana yang terlalu ramai dan penuh interaksi. Dia membutuhkan waktu untuk menyendiri, untuk menenangkan pikirannya.
Keenan yang duduk di sampingnya menyadari perubahan pada Liona. "Lo kenapa, Liona? Kelihatan bosen," tanyanya dengan nada perhatian.
Liona menoleh padanya dan tersenyum tipis. "Gue mau keluar sebentar, cari angin aja. Kepala gue agak pening," jawabnya dengan nada ringan, meski ada sedikit kelelahan yang tersirat dalam suaranya.
Keenan mengangguk mengerti. "Mau gue temenin?"
Liona menggelengkan kepala. "Gak perlu, gue cuma mau sebentar kok."
Keenan mengangkat bahu, menerima jawaban Liona tanpa mendesak lebih jauh. "Oke, kalau gitu hati-hati ya."
Liona mengangguk dan bangkit dari tempat duduknya. Teman-teman Alden yang lain memberikan isyarat setuju ketika dia menyatakan niatnya untuk keluar sejenak. Tanpa banyak kata, Liona berjalan keluar dari ruang tamu, melewati pintu depan rumah. Angin malam yang sejuk langsung menyambutnya begitu dia melangkah keluar. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba melepaskan segala ketegangan yang sempat menyelimutinya.
Setelah beberapa saat berdiri di area depan rumah, Liona merasa dorongan untuk bergerak lebih jauh. Dia memutuskan untuk masuk kembali ke dalam rumah, namun kali ini dia mengambil jalan lain. Dia menyelinap keluar melalui pintu belakang yang mengarah ke area kolam renang, tempat yang lebih tenang dan jauh dari keramaian.
Di tepi kolam renang yang gelap dan sepi, Liona duduk di tepi, membiarkan kakinya tenggelam dalam air dingin. Sentuhan air yang dingin di kulitnya memberikan sensasi menyegarkan, sedikit meredakan kepenatan yang dia rasakan. Dia menatap bayangan bulan yang memantul di permukaan air, pikirannya melayang-layang, memikirkan semua kejadian yang terjadi malam ini.
Namun, keheningan yang menenangkan itu tiba-tiba hancur ketika sebuah tangan kuat menariknya secara tiba-tiba. Liona terkejut dan hampir kehilangan keseimbangan saat tubuhnya ditarik dengan paksa. Sebelum dia bisa bereaksi, tubuhnya didorong ke dinding, punggungnya menabrak tembok dengan suara lembut. Liona mengerjap, terkejut dengan tindakan mendadak itu.
Ternyata, orang yang menariknya adalah Arion. Wajahnya dipenuhi dengan ekspresi yang sulit dibaca—antara marah, frustasi, dan sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang dia coba sembunyikan. Tanpa memberi Liona kesempatan untuk berbicara, Arion menekan tengkuk Liona, memiringkan wajahnya, dan dengan tiba-tiba mencium bibir Liona.
Cup
Ciuman itu tidak lembut atau penuh kasih sayang. Sebaliknya, ciuman itu penuh dengan tekanan dan intensitas, seolah-olah Arion mencoba menyalurkan semua emosi yang terpendam melalui kontak itu.
Erangan frustasi keluar dari bibir Arion saat dia melumat bibir Liona dengan lebih dalam. Liona yang awalnya terkejut, akhirnya mengerti perasaan yang mendasari tindakan Arion. Meskipun tindakan Arion kasar, Liona bisa merasakan perasaan yang sebenarnya ada di baliknya—perasaan cemburu dan posesif yang dia coba sembunyikan sepanjang malam.
Merespon tindakan itu, Liona mengalungkan tangannya di leher Arion, menariknya lebih dekat. Dia membalas ciuman itu dengan gairah yang sama, mengikuti ritme bibir Arion yang penuh dengan keputusasaan dan keinginan. Keduanya terlibat dalam permainan yang intens, di mana tidak ada kata-kata yang perlu diucapkan. Hanya melalui ciuman, mereka saling memahami satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI SANG KETUA
Fantasy❝Diam menjadi misterius, bergerak menjadi serius.❞ -Liona Hazel Elnara Peringkat Mengesankan: #1 in mafia [18 Agustus 2024] #1 in fantasi [21 Agustus 2024] #1 in misteri [27 Agustus 2024] #1 in thriller [27 Agustus 2024] #1 in teka-teki [28 Agustus...