Vote duluuuu
Malam itu, hujan turun deras, mengguyur kota yang seakan tidak pernah tidur. Liona melangkah cepat melewati jalanan yang licin, menghindari genangan air di trotoar yang penuh dengan kilauan lampu jalan. Jaket kulit hitam milik Arion yang dipinjamnya tempo hari terasa berat di pundak, bukan hanya karena air hujan yang membasahinya, tetapi juga karena beban pikiran yang memenuhi benaknya.
Arka, kakaknya, baru saja menghubunginya. Suaranya terdengar tegang, meminta Liona untuk segera pulang. Ada sesuatu yang berbeda dalam nada bicaranya, seolah ada sesuatu yang disembunyikan. Tapi Liona sudah terlalu lelah untuk memikirkannya lebih jauh. Kejadian beberapa hari terakhir ini telah menguras energinya.
Saat Liona berbelok di ujung jalan, ia merasa ada seseorang yang mengikutinya. Langkah kakinya bertambah cepat, namun bayangan di belakangnya tak juga menjauh. Liona berhenti sejenak, mengambil napas dalam-dalam, lalu menoleh.
Di sana, di bawah payung hitam besar, berdiri seorang pria yang tak asing baginya—Bima. Teman Arka yang dia lihat di acara ulang tahun Selina. Tapi kali ini, tatapan Bima tidak seperti biasa. Ada kekhawatiran yang tergambar jelas di matanya.
"Liona," panggil Bima, suaranya hampir tenggelam dalam gemuruh hujan. "Gue harus bicara sama lo."
Liona memandangnya dengan datar. "Kenapa lo ngikutin gue?"
"Ada yang harus lo tahu," jawab Bima, melangkah mendekat. "Ini tentang Arka... dan Selina."
Mendengar nama Selina disebut, Liona merasakan kepalannya mengerat. Selina selalu menjadi duri dalam hidupnya, terutama setelah kejadian terakhir dengan Eros. Tapi jika Bima datang mencarinya, berarti ini serius.
"Kita nggak bisa bicara di sini," Liona akhirnya berkata. "Ikut gue."
Mereka berdua kemudian berjalan menuju sebuah kafe kecil di sudut jalan yang masih buka meski hujan deras. Setelah duduk di meja paling pojok, Bima langsung memulai pembicaraan tanpa basa-basi.
"Selina sedang rencanain sesuatu yang besar, dan Arka terlibat. Gue nggak tahu seberapa dalam, tapi gue yakin lo bisa hentikan ini sebelum semuanya terlambat."
Liona menatap Bima dengan mata tajam, mencoba membaca ekspresinya. "Kenapa lo ngasih tahu gue?"
Bima menghela napas panjang. "Karena gue peduli sama Arka. Dan gue tahu, lo satu-satunya yang bisa buat dia berpikir ulang."
Malam itu, di tengah gemuruh hujan yang tiada henti, Liona menyadari bahwa pertarungan ini belum berakhir. Selina bukan hanya ancaman bagi dirinya, tetapi juga bagi orang-orang yang ia sayangi. Dan sekarang, Liona harus menentukan langkah berikutnya—langkah yang mungkin akan mengubah segalanya.
Liona mengangguk. "Apa yang bisa gue pegang dari ucapan lo?"
"Maksudnya?"
"Gue nggak tau yang lo ucapin sekarang itu benar atau enggak, jadi setidaknya beri gue satu rahasia lo dan gue percaya." kata Liona.
Bima terdiam sejenak kemudian mengangguk. "Gue sebenarnya pernah tidur sama Selina."
Kerutan kaget jelas muncul di wajah cantik itu. "Ohh wow," Sudut bibirnya berkedut, sedikit tertarik. "Jadi lo ada hubungan sama dia?"
"Ya, itu dulu. Sekarang gue udah nggak ada hubungan lagi sama dia."
"Karna?"
"Karna bukan gue satu-satunya."
Liona mengangguk. "Gue berharap lo nggak akan balik sama dia lagi."
"Hm, nggak ada niat sedikitpun. Sekarang gue udah punya cewe, dan gue mau fokus sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRANSMIGRASI SANG KETUA
Fantasía❝Diam menjadi misterius, bergerak menjadi serius.❞ -Liona Hazel Elnara Peringkat Mengesankan: #1 in mafia [18 Agustus 2024] #1 in fantasi [21 Agustus 2024] #1 in misteri [27 Agustus 2024] #1 in thriller [27 Agustus 2024] #1 in teka-teki [28 Agustus...