Mei 1996
Umi, Abi, apa kabar?
Itu pertanyaan dari Tante Nana (lagi). Hobi sekali beliau menanyakan kabar orang. Tiap kujawab sesuai jawaban kalian pun, beliau bakal bertanya lagi. Apa mungkin beliau mau perubahan kabar? Karena Umi dan Abi baik-baik saja, aku tahu.
Jordan baru ulang tahun kemarin. Sekarang sudah tiga tahun. Tante Mona masih sering nitip dia ke aku, mentang-mentang aku pengangguran. Tapi gak papa. Jadi begini rasanya punya adik. Kayaknya dia juga anggap aku kakak. Lalu, suaminya Tante Mona, Om Nugi (gak mau dipanggil Lik), ternyata pelatih anggar. Keluarga besar ini ada-ada saja, ya. Jadi, tiap sore, aku latihan anggar. Ada tempat latihannya sendiri, agak jauh dari komplek.
Aku juga mulai bantu ngangon kambing, setelah kemarin-kemarin diusir melulu. Gak tahu kenapa. Tapi, semuanya juga baik-baik saja. Paling nanti aku ikut Pakde melaut.
Himan dan Alif masih sibuk kuliah. Dua-duanya tingkat akhir. Tapi mereka kebanyakan leyeh-leyeh. Umi Abi harus bangga karena aku nggak buang-buang uang buat kuliah (kalau aku ketahuan nulis ini, pasti digebuk).
Apa lagi, ya?
Oh, Himan katanya mau bikin bisnis kuliner. Katanya, konsep resto tepi pantai itu lagi diminati. Doakan saja, deh.
Aku baru mulai bikin biola pertama. Udah sering nonton Abi, jadi lumayan paham. Tapi aku masih gak sabaran. Sering kena omel Kakek. Katanya, pertama kali bikin biola mungkin makan waktu dua bulan paling lama, tapi bisa-bisa aku lima bulan. Itu cuma gertakan, kan?
Itu dulu aja, sisanya mungkin sama dengan yang Abi lihat sendiri.
****
Juli 1996
Umi, aku sudah membuat biola pertamaku. Abi, kata Kakek, biolaku di atas standar pembuatan pertama! Pasti karena aku sering membantu Abi.
Uh ... aku bingung mau jelasin apa lagi. Rutinitas sama-sama aja kayak yang biasa kuceritakan.
Oh, kayaknya, efek bikin biola itu benar adanya. Awalnya aku masih sering ngomelin Jordan padahal dia gak salah apa-apa, namanya juga masih kecil ya kan?
Hmmm ... jujur ... aku gak bakal bisa ngomong ini semua dengan lancar di hadapan Umi dan Abi.
Itu dulu buat sekarang. Bulan depan kukabari lagi.
****
Agustus 1996
Teruntuk putra kami, Rayhan Abdul Latif
Selamat tambah umur!
Tolong ketahui bahwa merayakan ulang tahun bukan tradisi kami, atau apa pun yang menyangkut kepercayaan kami. Tapi, karena ini umurmu yang ke-18, alias usia yang dijanjikan (tahu kan maksudnya?) maka kami ucapkan sekarang!
Kamu tahu kenapa namamu Rayhan Abdul Latif?
Kata Abi, lucu mendengar nama Islam dipanggil sebagai concertmaster di antara nama-nama lain. Dul, Dul, gitu!
(Ini pasti Umi yang nulis, batin Ray)
Sebenarnya, Umi atau Abi enggak kebayang kamu akan jadi seperti ini. Tiba-tiba gabung orkestra dan jadi pemain utama. Tahu gitu, kami pilih nama yang lebih keren dikit ....
Tapi bohong!
Namamu itu sudah keren. Rayhan bermakna harum, wangi. Abdul Latif adalah hamba dari Yang Maha Lembut. Kehadiranmu seperti bunga di antara kami, menebar keharuman, melembutkan hati. Tapi ternyata kamu tumbuh sebagai anak yang keras hati, ya. Maaf, ada kesalahan pada cara kami mendidik, yang membuatmu jadi begitu. Judes dan gampang bicara keras atau teriak ke orang lain. Meski begitu, kami tetap berusaha untuk menuntunmu perlahan, menjadi pagar bagimu dari berbagai hal buruk di dunia ... meski kamu sudah tumbuh dewasa!

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Past (rewrite)
Roman d'amour[Cerita #1 Ours Series] Ada sebuah misi untuk menyatukan dua insan senatural mungkin. Nyatanya, misi itu merembet ke mana-mana, sampai menyinggung masa lalu yang rumit dan menyakitkan. [NA, Romance, Drama] ** story and cover by zzztare2024