Part 1

259 26 3
                                    

"Kamu tetep disani aja, Nel. Biar kakak aja yang pindah," ujar Ranya.

"Nggak kak, nanti Lionel nggak bisa jagain kakak."

"Kakak bisa jaga diri sendiri, Nel. Jangan remehin kakakmu ini," ujar Ranya.

"Nggak, Lionel tetep mau ikut pindah."

Obrolan dua minggu lalu itu tidak bisa didebatkan lebih lanjut. Lionel sangat memprioritaskan keselamatan kakaknya dan akan melakukan apa pun demi keselamatan Ranya.

❄❄❄

Gadis berdarah Belanda itu mengikat rambutnya yang berwarna kuning keemasan, di ikat serapih mungkin dengan jepit pita biru di bagian atas.

Hari ini adalah hari pertama Ranya menjadi siswi pindahan di SMA Wijaya. Bukan hanya Ranya, melainkan juga sang adik, Lionel Veenstra, yang ikut pindah ke sekolah yang sama. Lionel di kelas 11, sedangkan Ranya di kelas 12.

Lionel membukakan pintu untuk kakaknya. Pria itu sangat menyayangi Ranya, bahkan dulu ia sering berlatih keras bela diri agar bisa melindungi kakaknya dari bahaya.

"Kak, kalau ada apa-apa kasih tahu aku ya," ujar Lionel

"Hei, yang kakak itu aku, jadi berperilakulah layaknya adik kecil di hadapan kakaknya. Aku nggak suka kamu dewasa ke aku, ya. Kamu tetap adik kecil yang manja," ujar Ranya sambil mencubit kecil pipi Lionel.

"I have grown into a mature child," ujar Lionel cemberut.

"I know, tapi tetap aja, kamu itu anak kecil di mata kakak," ujar Ranya.

"Ah, sudahlah, berdebat sama kakak sama aja kayak berdebat sama bunda. Aku yang akan kalah," ujar Lionel. Ranya terkekeh melihat adiknya yang sudah pasrah.

❄❄❄

Ranya dan Lionel berjalan berdampingan menuju kantor sekolah. Banyak tatapan kagum tertuju pada mereka. Kulit mereka yang sangat putih membuat mereka mencolok, ditambah rambut Ranya yang berwarna kuning keemasan tanpa pewarnaan tambahan.

"Kenapa mereka melihat kita berdua seperti itu?" tanya Lionel.

"Sebelum-sebelumnya juga sering, kenapa harus heran?" ujar Ranya.

"Ah, benar juga."

Ranya dan Lionel tiba di depan pintu kantor. "Permisi."

"Masuk saja"

Mereka menghampiri guru yang duduk di sofa ruangan tersebut, khusus disediakan untuk tamu.

"Murid baru yang beberapa hari yang lalu kesini ya? silahkan duduk" ujar guru itu.

Ranya dan Leonel mengangguk, "Terima kasih."

"Bagaimana? Kalian sudah melihat-lihat bangunan sekolahnya?" tanya guru tersebut.

"Belum semuanya, Bu. Kami baru melihat bagian-bagian yang tadi kami lewati saja," ujar Ranya dengan senyum manisnya.

"Nanti Ibu minta Clara buat mengenalkan bagian-bagian sekolah ke kamu, ya," ujarnya.

"Terima kasih, Bu."

RANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang