Keegan melajukan cepat motornya menuju halte di mana Jeff dan Tanra menunggu bersama Ranya. Perasaan bersalah dan cemas bercampur di dalam hatinya. Ketika ia tiba di halte, ia terkejut melihat kondisi Ranya. Pipi Ranya basah oleh air mata, matanya memerah, dan rambutnya berantakan. Keegan merasakan hatinya hancur melihat kekasihnya dalam keadaan seperti itu.
Keegan turun dari motor dengan kebingungan, "Ranya... apa yang terjadi? lo kenapa?"
Ranya menatap Keegan dengan tatapan penuh kekecewaan dan kemarahan. Tanpa berkata apa-apa, ia berjalan mendekati Keegan dan menamparnya dengan sangat keras. Keegan tersentak, merasakan rasa sakit fisik dan emosional dari tamparan itu.
Air mata Ranya kembali turun, suaranya bergetar hebat, "Di mana Lo, Keegan? gue hampir mati di sini! berulang kali gue hubungin lo, tapi ngga ada satupun yang lo bales!" Ranya mendorong tubuh Keegan berulang kali, Keegan tak melepas pandangan dari Ranya, ia membiarkan tubuhnya di pukul oleh kekasihnya.
Keegan terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Jeff dan Tanra yang berdiri di dekat mereka hanya bisa menyaksikan dengan wajah tegang.
"Gue minta maaf. Gue harus nemuin Amel. Dia yang nyuruh orang buat jebak gue."
Ranya menangis semakin keras, tubuhnya gemetar. Badannya merosot ke bawah, ia menenggelamkan wajahnya di kedua tangannya, menangis tanpa henti. Keegan berusaha menahan air matanya sendiri, hatinya terasa seperti diremas-remas melihat kekasihnya dalam kondisi seperti itu.
"Ra, Gue minta maaf. Gue benar-benar nyesal."
Ranya tidak menjawab, hanya isak tangisnya yang semakin keras terdengar. Keegan merasa sangat tidak berdaya, tidak tahu bagaimana cara menenangkan Ranya. Ia berlutut di depannya, mencoba mendekatkan diri.
"Ranya, aku janji ini yang terakhir kali."
Ranya mengangkat wajahnya yang basah oleh air mata, menatap Keegan dengan mata yang penuh kebingungan dan rasa sakit.
"Gimana Gue bisa percaya, Keegan? Gue hampir mati di sini... di mana lo saat itu? Lo tau? Gue ketakutan disini, Gan. Nungguin lo yang lama ngga dateng dateng."
Keegan merasakan hatinya hancur mendengar kata-kata Ranya. Ia menyadari bahwa tidak ada kata-kata yang bisa menghapus rasa sakit yang dirasakan Ranya saat ini. Ia hanya bisa menunjukkan dengan tindakan bahwa ia benar-benar menyesal dan bertekad untuk memperbaiki semuanya.
"Gue ngerti, Gue tahu kata maaf aja ngga akan cukup buat nebus kesalahan gue. Tapi tolong beri Gue kesempatan lagi buat memperbaiki ini" ujar Keegan.
Ranya menatap Keegan dengan mata yang masih basah oleh air mata. Ia ingin sekali mempercayai Keegan, tetapi rasa takut dan kecewa masih sangat kuat di hatinya. sudah berapa kali ia merasakan kecewa dengan kekasihnya.
"Lo boleh hukum Gue" ujar Keegan, dia harus mendapatkan balasan atas apa yang ia perbuat sampai membuat Ranya seperti ini. Ia gagal menjaga Ranya, bahkan hanya untuk tepat waktupun ia tak bisa.
Ranya menggeleng, "nggak"
Keegan meraih tangan Ranya, menggenggamnya dengan lembut. Ia merasakan tangan Ranya yang dingin dan gemetar, dan ia tahu bahwa ia harus bekerja keras untuk membuat Ranya merasa aman lagi.
"kita pulang sekarang ya. Lo butuh istirahat. Kita bisa bicarain ini lagi, besok."
Ranya hanya mengangguk pelan, merasa terlalu lelah untuk melawan. Jeff dan Tanra membantu Ranya berdiri, dan mereka semua berjalan menuju motor.
Dalam perjalanan pulang, Keegan tidak bisa berhenti memikirkan cara untuk memperbaiki kesalahannya. Ia tahu bahwa ini adalah ujian besar bagi hubungannya dengan Ranya. Sesampainya di rumah Ranya, Keegan membantu Ranya turun dari motor. Ranya tidak banyak bicara, hanya menunduk dan berjalan masuk ke dalam rumah dengan lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANYA
Teen FictionRanya Aireena Veenstra adalah seorang gadis blasteran Indonesia-Belanda yang tinggal di Jakarta bersama keluarganya. Ayahnya, Veenstra, memutuskan untuk menetap di Indonesia setelah menikahi Laura, seorang wanita Indonesia. Ranya, anak pertama dari...