"Sayang, aku pulang sama Leo ya," ujar Ranya berpamitan dengan Keegan di tengah keramaian festival makanan di pusat kota.
Keegan mengangguk sambil menatap mata Ranya sangat dalam. "Hati-hati ya, kabarin kalau udah nyampe," ujarnya penuh perhatian.
"Kamu langsung pulang kan?" tanya Ranya dengan sedikit kekhawatiran.
"Sebentar lagi, aku mau beli oleh-oleh buat mamah dulu," balas Keegan sambil tersenyum.
Setelah berpisah dengan Ranya, Keegan melanjutkan langkahnya di antara kerumunan pengunjung yang menikmati berbagai hidangan dan atraksi di festival. Wangi makanan dan suara musik tradisional mengiringi langkahnya. Ia memutuskan untuk mencari stan yang menjual pernak-pernik unik di lapangan sebelahnya, karena ia ingin membeli sesuatu yang istimewa sebagai hadiah untuk Ranya. Langkahnya mantap, meskipun pikirannya masih tertuju pada Ranya yang sudah pergi dengan Leo.
Setelah beberapa menit mencari, Keegan akhirnya menemukan stan yang menjual gantungan kunci yang unik dan menarik. Stan itu dihiasi dengan lampu warna-warni yang memantulkan cahaya lembut pada barang-barang yang dipajang. Di depan stan, ada tiga orang penjaga yang tampaknya sibuk melayani pelanggan. Ketika Keegan mendekat, mereka memberikan senyuman ramah dan sapaan hangat.
"Selamat datang! Ada yang bisa kami bantu?" ujar salah satu penjaga dengan senyum lebar.
Keegan hanya memberikan anggukan kecil dan mulai melihat-lihat gantungan kunci yang dipajang. Ia memilih beberapa gantungan kunci yang menurutnya cocok untuk Ranya. Namun, perhatian penjaga stan mulai terfokus pada Keegan.
"Kamu lagi cari gantungan kunci buat siapa? Ada yang spesial, ya?" ucap penjaga kedua dengan nada menggoda.
Penjaga ketiga, yang tampak paling muda, ikut tersenyum lebar. "Kamu tahu, banyak yang suka beli gantungan kunci ini buat hadiah. Mungkin kamu tertarik dengan koleksi kami yang lebih eksklusif?"
"Kalau seganteng ini, pasti buat pacarnya ya? Ngga mungkin kan kalau belum punya pacar," sambung penjaga pertama dengan nada usil.
Keegan merasa sedikit tidak nyaman dengan perhatian yang diberikan, tetapi ia tetap fokus memilih gantungan kunci. Ia tidak ingin membiarkan godaan atau komentar yang tidak diinginkan mengganggu niatnya untuk membeli hadiah.
"Saya cuma mau beli beberapa gantungan kunci. Terima kasih," ujar Keegan dengan nada tegas.
Meskipun Keegan sudah menunjukkan ketidaknyamanannya, penjaga stan tetap berusaha menggoda dengan berbagai komentar dan senyuman yang manis. Keegan hanya berusaha mengabaikannya dan terus memilih gantungan kunci yang sesuai.
Sementara itu, di sisi Ranya, gadis itu merasa ada yang tertinggal. Setelah memeriksa tasnya, ia sadar bahwa handphonenya tertinggal di tas Keegan. Dengan cepat, Ranya mulai mencari Keegan di sekitar festival.
"Ke mana ya Keegan?" gumam Ranya dengan nada cemas.
Ranya berjalan ke berbagai stan, memeriksa tempat-tempat yang sering dikunjungi. Ia bertanya kepada beberapa orang di sekitar jika mereka melihat Keegan, tetapi tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.
Kembali ke stan gantungan kunci, Keegan akhirnya memutuskan untuk membeli beberapa gantungan kunci yang ia pilih. Ketika ia mendekati meja untuk membayar, salah satu penjaga stan kembali mencoba untuk menggoda.
"Jadi, apakah ada acara khusus yang bikin kamu beli gantungan kunci ini? Teman spesial, ya?" tanya penjaga dengan senyum yang masih melekat di wajahnya.
Keegan hanya memberikan senyuman tipis dan mencoba untuk tidak terlalu terpengaruh. Ia membayar barangnya dan segera bergegas meninggalkan stan, merasa lega akhirnya dapat keluar dari situasi yang membuatnya tidak nyaman.
Sementara itu, Ranya masih belum menemukan Keegan. Dia terus mencari di area festival, berdoa agar segera menemukan kekasihnya.
Akhirnya, Ranya melihat Keegan dari kejauhan, yang sedang berjalan menjauh dari stan gantungan kunci. Dia cepat-cepat menghampiri Keegan dan memanggil namanya.
"Keegan!" teriak Ranya dengan suara yang cukup lantang.
Keegan menoleh dan melihat Ranya mendekat dengan wajah yang terlihat lega. Ia merasa sedikit bersalah ketika melihat peluh keringat Ranya yang membasahi pelipis.
"Kenapa? Kok belum pulang juga?" tanya Keegan dengan nada prihatin.
"HP aku ketinggalan di tas kamu," ujar Ranya dengan nada sedikit kesal namun tetap lembut.
Keegan melotot begitu menyadari sesuatu. "Astaga sayang, maaf aku lupa!" ujarnya sambil buru-buru melepas tasnya dan mengambil handphone milik Ranya.
Keegan memberikan handphone tersebut dengan ekspresi bersalah. "Maaf ya."
"Iya, nggak papa. Aku pulang duluan ya, kamu jangan lama lama,hati hati pulangnya" ujar Ranya sambil menerima handphone-nya.
"Iya sayang. Sebentar... Aku punya sesuatu buat kamu," Keegan segera menyerahkan gantungan kunci yang dibelinya untuk Ranya. Wajah Ranya langsung berseri-seri ketika melihat hadiah tersebut.
"Wih, bagus banget!"
"Suka?"
"Suka dong!" jawab Ranya dengan senyum lebar.
Mereka saling tersenyum, merasakan kehangatan dalam kebersamaan mereka di tengah keramaian festival yang kini terasa lebih sunyi bagi mereka berdua. Keegan merasa lega karena akhirnya bisa memberikan hadiah untuk Ranya, dan Ranya merasa bahagia mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari Keegan.
Mereka berdua berjalan bersama menuju area utama festival, tempat di mana Leonel sudah menunggu dengan sabar.
"Maaf lama," ujar Ranya sambil sedikit tergesa-gesa menghampiri Leonel.
"Enggak apa-apa, kak," balas Leonel dengan senyum. "Lihat, kakak dikasih ini," ujar Ranya memamerkan gantungan kuncinya.
"Bagus,! Dari siapa?" tanya Leonel dengan mata berbinar.
Ranya melirik Keegan dengan senyum manis. "Nih, dia yang beliin," ujar Ranya bangga.
Setelah mengobrol singkat, akhirnya Ranya pulang bersama Leonel, meninggalkan Keegan yang tersenyum puas melihat mereka pergi.
Dalam perjalanan pulang, Leonel tampak mengingat sesuatu. "Kak, tadi aku sempat beli vas bunga yang terbuat dari kayu gitu, tapi pas mau pipis kan aku tinggal di luar, eh, hilang!" curhat Leonel dengan nada kecewa.
"Yah, sayang banget," ujar Ranya merasa kasihan pada adiknya.
"Makanya, aku juga sempat nyari-nyari, tapi nggak ketemu," lanjut Leonel dengan nada yang masih kesal.
"tadinya mau aku kasih ke Bunda." ujarnya.
"Yaudah nggak papa, gampang beli di pasar, kan banyak," ujar Ranya sambil menghibur adiknya.
"Iya, Kak. Nanti beli lagi aja deh," balas Leonel sambil mengangguk.
Mereka melanjutkan perjalanan pulang, dengan suasana hati yang lebih tenang meskipun ada sedikit kekecewaan. Tetapi, Ranya tahu bahwa perhatian kecil seperti gantungan kunci dari Keegan sudah cukup untuk membuat harinya terasa lebih hangat.
Dalam perjalanan pulang, Leonel kembali membuka obrolan. "Kak, tadi aku lihat ada stan yang jual permen kapas yang bentuknya lucu banget, kayak hewan-hewan. Tapi aku nggak sempat beli," ujarnya dengan nada sedikit kecewa.
Ranya tersenyum mendengar cerita adiknya. "Inget dulu ya, kita pas kecil kalau ke pasar malem pasti minta beli itu."
Leonel berpikir sejenak, lalu menjawab dengan antusias, "Aku selalu minta yang bentuknya dinosaurus,! tadi juga aku mau beli, soalnya tadi aku lihat ada yang warna hijau, mana ukurannya besar lagi, lucu banget!"
Ranya tertawa kecil sambil meremas bahu Leonel dengan lembut. "Oke, nanti kita cari yang kayak gitu, kalau ada festival lagi, kita ngeborong semuanya."
"tetep tau batas dong, biar ngga kebanyakan. Kan kurang sehat juga!" balas Leonel sambil tersenyum lebar, membuat Ranya merasa lebih dekat dengan adiknya di tengah perjalanan yang semakin larut itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANYA
Teen FictionRanya Aireena Veenstra adalah seorang gadis blasteran Indonesia-Belanda yang tinggal di Jakarta bersama keluarganya. Ayahnya, Veenstra, memutuskan untuk menetap di Indonesia setelah menikahi Laura, seorang wanita Indonesia. Ranya, anak pertama dari...