“Keegan... Shasa... dia nggak selamat...” ucap Jeff dengan suara bergetar, matanya mulai berair.
Keegan merasa dunianya hancur seketika. Dia menatap mobil yang hancur itu dengan tatapan kosong, berusaha menyangkal apa yang baru saja dia dengar. Namun, ketika petugas medis mengeluarkan tubuh tak bernyawa dari dalam mobil, Keegan tahu bahwa itu adalah kenyataan yang tak bisa dia hindari.
Shasa, perempuan yang pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya, kini telah pergi untuk selamanya. Dan yang lebih menyakitkan adalah kenyataan bahwa pertemuan terakhir mereka diakhiri dengan penolakan yang keras darinya.
Keegan jatuh berlutut di tepi jalan, air matanya mulai mengalir deras. Rasa bersalah dan penyesalan membanjiri hatinya, menghancurkan segala pertahanan yang dia coba bangun. Shasa, dengan segala kesalahannya di masa lalu, tidak pantas untuk mengakhiri hidupnya dengan cara yang begitu tragis.
Namun, semua itu sudah terlambat. Keegan tahu dia tidak akan pernah bisa memperbaiki apa yang telah terjadi. Yang tersisa hanyalah kenangan pahit dan luka yang akan selalu menghantuinya, seiring dengan penyesalan yang tak pernah bisa terhapuskan.
Di sisi lain, Ranya tengah asik memakan gorengannya di sepanjang jalan, gadis itu hanya mengenakan sepeda berukuran sedang, namun perjalanannya terhenti saat ia melihat keramaian di pertigaan dekat rumahnya. Ranya menajamkan penglihatannya, gadis itu sangat kaget saat melihat pria yang tidak asing baginya terduduk lemas di aspal. Ranya menjatuhkan sepedanya begitu saja, dia berlari sekencang mungkin. "KEEGAN" Teriaknya, Keegan tidak menoleh, Keegan menunduk dengan air mata yang terus menetes.
"Ada apa ini? siapa yang kecelakaan" ujar Ranya, gorengan di tangannya ia jatuhkan begitu saja.
"Jeff, kok pada diem si?" ujar Ranya melihat Jeff dan juga Tanra.
"Keegan, siapa yang kecelakaan?" tanya Ranya lagi. Keegan tidak menjawab, Keegan hanya memeluk Ranya dengan erat.
"Keegan, ka-kamu kenapa? jangan bikin aku takut. Siapa yang kecelakaan?" tanya Ranya, tubuhnya gemetar hebat.
"Shasa, dia pergi ninggalin kita semua, Ra." Jeff yang menjawab, seketika itu, air mata Ranya langsung turun begitu saja. Ranya melepas pelukan, dia berlari ke arah kerumunan polisi.
"SHA.. SHASAAAA" Teriak Ranya. Keegan mengejar Ranya lalu menariknya dalam pelukan.
"Jangan kesana, polisi lagi ngurus semuanya.Disini aja ya" ujar Keegan dengan suara pelan.
"Aku mau liat." ujar Ranya di tengah isak tangisnya.
"Nggak, kamu disini aja sayang." ujar Keegan memeluk Ranya untuk menenangkan isak tangisnya.
"Keegan, baru juga gue seneng punya temen baru lagi." ujar Ranya.
"Ini udah takdir, Ra." ujar Keegan.
❄❄❄
Pemakaman Shasa berlangsung dengan suasana yang sunyi dan penuh duka. Cuaca mendung menambah kesan muram, seolah-olah alam turut merasakan kesedihan yang melanda. Ranya, Keegan, Tanra, Jeff, Jevi, Clara, dan Kyle berdiri bersama, mengenakan pakaian serba hitam, sebagai tanda penghormatan terakhir mereka.
Upacara dimulai di kapel pemakaman yang penuh dengan bunga, kebanyakan berwarna putih, melambangkan kesucian dan ketulusan. Peti mati Shasa diletakkan di depan, dihiasi dengan bunga favoritnya. Foto Shasa yang tersenyum lebar diletakkan di atas peti mati, sebuah pengingat akan kehadiran ceria yang kini sudah tiada.
Pendeta yang memimpin upacara berdiri di hadapan mereka, menyampaikan kata-kata penghiburan dan pengharapan, mencoba memberikan kekuatan kepada mereka yang ditinggalkan. Suara pendeta yang tenang dan penuh keyakinan bergema di seluruh ruangan, tetapi tetap tidak bisa menghapus rasa kehilangan yang dirasakan oleh setiap orang yang hadir.
KAMU SEDANG MEMBACA
RANYA
Teen FictionRanya Aireena Veenstra adalah seorang gadis blasteran Indonesia-Belanda yang tinggal di Jakarta bersama keluarganya. Ayahnya, Veenstra, memutuskan untuk menetap di Indonesia setelah menikahi Laura, seorang wanita Indonesia. Ranya, anak pertama dari...