Part 9

82 9 0
                                    

Di rumah Keegan, suasana malam yang tenang tiba-tiba berubah menjadi penuh rasa kesal. Keegan sedang duduk di ruang tamu, merenung dengan secangkir teh di tangannya, ketika tiba-tiba pintu diketuk dengan keras. Ia menghela napas panjang, merasa tidak ingin diganggu, namun tetap berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Siapa, Nak?" tanya Maya yang tengah menonton TV.

Keegan langsung berdiri dan berjalan menuju pintu depan, "Nggak tahu, Mah. Nih baru mau aku bukain," ujar Keegan dari arah ruang tamu.

Saat pintu terbuka, di sana ada Amel berdiri, wajahnya tampak marah dan kesal.

"Keegan, kita perlu bicara sekarang juga!" seru Amel tanpa basa-basi.

Keegan mengernyitkan alisnya. "Ngapain ke sini? Kita nggak ada urusan apa-apa, Mel."

Amel melangkah masuk tanpa diundang, suaranya meninggi. "Gue nggak peduli. Lo harus jelasin soal foto lo sama Ranya yang ada di akun misuh sekolah. Lo tahu kan foto itu buat semua orang membicarakan kalian!"

Keegan menghela napas panjang, menahan amarah yang mulai mendidih. "Kita nggak ada hubungan apa pun. Buat apa lo marah-marah nggak jelas gitu? Mereka bicarain gue sama Ranya atau sama siapa pun, itu bukan urusan lo. Sekarang lo pergi, ini udah malam."

Amel tidak peduli. "Gue nggak akan pergi sebelum lo jelaskan semuanya. Apa sebenarnya hubungan lo sama Ranya?"

Keegan akhirnya kehilangan kesabaran. "Amel, cukup! Ini kehidupan gue, dan gue nggak mau ada orang lain yang ikut campur. Pergi! Gue nggak mau lo di sini. Pergi sekarang juga."

Amel menatap Keegan dengan tatapan yang sulit dipahami, lalu berkata dengan nada mengejek, "Jadi, kamu lebih memilih Ranya daripada aku?"

Keegan mengeraskan rahangnya. "Cih, dasar nggak tahu malu. Lo siapa gue? Bisa-bisanya ngasih pertanyaan kayak gitu. Jelas gue akan milih Ranya, dia lebih unggul dalam hal apa pun dibanding lo." Keegan memberikan tatapan jijik kepada Amel.

Melihat Amel tetap bertahan, Keegan memutuskan untuk memanggil satpam rumah. Ia melangkah keluar dan menemui satpam yang bertugas malam itu, Pak Darto.

"Pak Darto, saya butuh bantuan," kata Keegan tegas. "Pastikan Amel nggak masuk ke rumah lagi malam ini. Kalau besok-besok dia datang lagi, tolong jangan diizinkan masuk."

Pak Darto mengangguk, mengerti situasi yang sedang terjadi. "Baik, Den."

Keegan kembali masuk ke rumah dan menemukan Amel masih berdiri di ruang tamu, dengan tatapan penuh kebencian. "Mau pergi sendiri atau satpam yang bakal narik lo?"

Amel mendengus marah, tetapi akhirnya berbalik dan meninggalkan rumah Keegan. Suara langkah kakinya yang berat dan pintu yang tertutup keras menjadi penanda kepergiannya.

Keegan berdiri sejenak di ruang tamu, merasakan beban yang baru saja terangkat. Ia menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Malam itu, ia merasa lega meskipun sedikit kesal karena kejadian tersebut. Dengan perasaan yang lebih tenang, Keegan menuju kamarnya, berharap menemukan kedamaian di malam yang penuh gejolak itu.

❄❄❄

Keesokan harinya, Keegan berangkat menggunakan motor, suara pujian yang hampir setiap hari ia dengar kini berubah menjadi obrolan panjang tentang foto yang tersebar di akun misuh sekolahnya.

Keegan tidak memperdulikan itu. Lagipula, dia sudah terbiasa dengan obrolan-obrolan yang menurutnya tidak penting.

Pagi ini ia akan menemui Ranya di kelasnya. Dia akan menanyakan perihal ini, apakah Ranya merasa risih karena belum terbiasa.

"Wah, fiks sih. Kak Keegan ada hubungan sama Kak Ranya, lihat aja tuh, dia nyamperin Kak Ranya ke kelas." beberapa siswa siswi yang sedang menongkrong di lantai atas, tepatnya di gedung yang berhadapan langsung dengan bangunan kelas Ranya.

RANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang