Part 33

32 3 0
                                    

Di sebuah sudut kantin yang ramai, Jeff, Ranya, Kyle, Clara, Jevi, dan Tanra duduk mengelilingi meja besar. Suara riuh para siswa lain yang sedang makan siang bercampur dengan obrolan dan tawa mereka. Shasa, murid baru yang baru-baru ini bergabung dengan mereka, tampak mulai merasa nyaman di tengah-tengah kelompok ini. Dia tersenyum saat mendengarkan lelucon yang dilemparkan Jeff, meskipun sebagian besar dari mereka lebih bersifat sarkastis.

Jeff menatap Jevi begitu dekat, kepalanya ia sanggah dengan tangan kanan, "Jadi, Jevi, gimana rasanya jadi satu-satunya orang yang nggak bisa ngerti matematika di kelas? Apa lo udah nyerah mau jadi dokter dan mau ambil kelas masak aja?"

Jevi, yang sedang menyuap nasi ke dalam mulutnya, berhenti sejenak dan melotot ke arah Jeff. Matanya menyipit, jelas terganggu oleh candaan Jeff yang, meski tidak serius, berhasil memancing emosinya.

"Mulutnya gue masukin sambel baru tau rasa lo!" ujar Jevi.

Jeff tertawa lepas, merasa puas bisa membuat Jevi kesal. Dia tahu Jevi mudah tersulut, dan justru itu yang membuatnya semakin senang menggoda.

"Jangan marah marah Jev, kan bercanda.lagi pula kalau lo nggak bisa jadi dokter, kita semua tetep dukung lo jadi master chef!"

Jevi hampir menjawab dengan tajam, tapi sebelum kata-kata itu keluar, Clara menepuk pundaknya dengan lembut, mencoba meredakan suasana.

"ck. Jeff, jangan terus-terusan bikin Jevi marah deh, rasanya telinga gue mau pecah tau nggak!" ujar Kyle dengan raut kesalnya.

Jevi menghela napas panjang dan berusaha meredakan amarahnya. Dia tahu Jeff memang tidak serius, tapi tetap saja, terkadang kata-kata Jeff terasa menusuk.

Di sisi lain, Ranya dan Kyle hanya tersenyum melihat interaksi tersebut. Mereka sudah terbiasa dengan drama antara Jeff dan Jevi yang kadang seperti anjing dan kucing. Shasa, yang duduk di sebelah Ranya, hanya menggelengkan kepala sambil menyeringai.

Ranya bersuara, "Kalian ini, benar-benar nggak bisa diam ya kalau lagi di kantin. Kasihan Shasa, baru aja kenal sama kalian, pasti mikirnya kita semua ini orang gila."

Shasa, yang sedari tadi hanya tersenyum melihat keributan kecil itu, akhirnya angkat bicara.

"Hahaha, nggak lah. Gue malah senang bisa gabung sama kalian.

Dia senang melihat Shasa mulai merasa nyaman dengan mereka. Sebagai orang baru, Shasa ternyata bisa dengan cepat menyesuaikan diri, meski mereka kadang terlalu ramai dan ribut.

" kita gini Sha, emang brisik, kalau ngga Clara yang debat ya Jevi, kadang Clara sama Kyle" ujar Ranya.

"gue mah tergantung ya, kalau di pancing ya gue marah" ujar Clara dengan menaikkan kedua alisnya.

"pancang pancing, ikan lo?" ujar Kyle.

Clara memukul lengan Kyle. "Kurang ajar, manusia lah, lo ngga liat nih wujud gue?"

Jevi memijat pelipisnya, "mulai kan" gumamnya, Clara dan Jevi pun langsung terdiam.

Sementara itu, Jeff yang tak pernah kapok, kembali melempar candaan lain yang langsung memancing reaksi Jevi. Kali ini, dia bercanda tentang betapa lamanya Jevi bisa bangun dari tempat tidur tiap pagi.

Jeff mengerutkan alisnya. "Jev, jomblo mulu, cowok cowok takut sama lo ya?" tanya Jeff.

Jevi melemparkan tatapan tajam, namun sebelum dia bisa membalas, Kyle cepat-cepat menengahi.

"Oke, oke, cukup Jeff. Kasih Jevi napas sedikit napa ah. Kita di sini buat makan siang, bukan buat berantem gini."

Semua orang tertawa, kecuali Jevi yang masih tampak kesal. Tapi dia akhirnya hanya mendesah dan melanjutkan makanannya, berusaha mengabaikan Jeff untuk sementara.

RANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang